Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bermain Catur, Botram, dan Rumah Sakit Jiwa (1)

9 April 2018   17:27 Diperbarui: 9 April 2018   20:19 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
buah catur dalam lukisan cat air.sumber: www.artistslink.org

Mbak Murwo datang membawa gorengan. "Janda muda, Wak Ja'far? Kang Murbani? Ngomongin saya ya?"

Kang Murbani dan Wak Ja'far saling pandang. Lalu kompak tertawa. Dipandanginya perempuan gemuk pendek dan berkulit hitam itu. "Iya, Ngomongin kamu, Mbak. Kami sedang bertarung sengit untuk penentuan siapa yang pantas menjadi pacarmu. . . hehehe!"

Mbak Murwo terkekeh kegelian. "Siapa juga yang mau sama aku. Mas Amin yang jelek itu pun tidak mau. Apalagi kalian? Jangan-jangan kalian bermain catur justru untuk mencari kalah. . .!"

Kang Murbani dan Wak Ja'far tidak mendengarkan apa omongan Mbak Murwo. Permainan memasuki situasi kritis. Harus konsentrasi tinggi. Sebab jika lengah sedikit saja ada ancaman skak-mat.

*

Bu Tin berjalan ditemani Mak Fatmah menuju pos ronda. Kini keduanya punya acara  hampir rutin, yaitu botram alias makan bareng-bareng. Tempatnya di warung Mbak Murwo samping pos ronda. Sesekali Yu Lik, isterinya Lik Sumar, ikut bergabung. Cara jajan mereka jadi unik karena mengajak pada kebersamaan.

Ide awalnya Bu Tin beli rujak, sedangkan Mak Fatmah beli pecel. Mereka duduk bersisian, lalu ngobrol ramai seperti biasa. Dua piring makanan di meja. Lalu makan bareng. Sesekali Bu Tin menyomot pecel, sebaliknya Mak Fatmah mengambil rujak. Pada waktu lain giliran Mak Fatmah beli rujak, Bu Tin beli gorengan.

Sore tadi acara serupa kembali berlangsung.

"Kasihan Mak Enah, ya. Ia tidak menyangka anaknya jadi korban. . . . !" Bu Tin membuka bahan pembicaraan.

"Tabrakan? Kebakaran? Atau. . .  .?" Mak Fatmah menduga-duga saja.

"Miras oplosan. Dua puluh tewas, dan lainnya dirawat di RSUD Cicalengka, Kabupaten Bandung, salah satunya Jajang anak Mak Enah. . . . !"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun