Terkait kematian Bang Safril, semua informasi resmi, setengah resmi dan yang sama sekali tidak jelas asal-usulnya berujung pada kesimpang-siuran, tidak jelas. Sejak itu  Mas Amin pun tidak berjualan lagi. Entah kenapa, dan kemudian akan berjualan apa. Tapi mungkin ia sudah berganti profesi, atau pulang menjadi petani ke kampung halaman di Wetan.
*
Sejak itu suasana siang hari di pos ronda 'klub banting kartu' tidak ada lagi penjual ketoprak khas Mas Amin Kartamin. Tempatnya segera  diis oleh Mbak Murwokanti, yang selain berjualan jamu, juga gorengan, pecel, juice buah dan rujak. Komplit. Enak, banyak, dan murah, itu moto Mbak Murwo dan terbukti mujarab. Tak perlu waktu lama pelanggan berdatangan. Sering Mbak Murwo sampai kewalahan.
Namun malam hari suasana pos ronda berubah sepi. Para lelaki warga kampung seperti enggan keluar rumah. Terlebih hampir setiap malam turun hujan. Suasana itu dibumbui dengan khabar lain yang beredar, entah dari mana asalnya, bahwa pada malam-malam tertentu di seputar pos ronda muncul bayangan mirip Bang Safril. Ngeri ah. Jangan-jangan cerita itu ulah para ibu yang tidak suka para suami terlalu sering ngerumpi dan main gaple di pos ronda? (Selesai)
Bandung, 3 April 2018
 Gambar
Cerita sebelumnya;
- cerpen-kebencian-abu-lahab-melekat-pada-diri-mas-amin-1
- cerpen-kebencian-abu-lahab-melekat-pada-diri-mas-amin-2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H