“Om Robby, seperti biasa. Selalu merepotkan, tapi ya namanya suami, serepot apapun isteri dibuatnya tidak boleh berlari ke lain hati. . . . .!” Tante Martje terkekeh seraya menyadari tiba-tiba ada ucapan yang meluncur tanpa disadari.
“Ke lain hati bagaimana? Seperti cerita di sinetron ya?” Arjo mengejar.
“Ya, nonton saja di sinetron. Apa saja alasan seorang isteri harus berpaling, sebab jika tidak maka para penulis skenario bakal kehilangan akal untuk memperpanjang-panjang cerita hingga ribuan episode itu. . . . .!” jawab Tante Martje sambil diam-diam memperhatikan penampilan Arjo yang tetap gagah dan menarik hatinya. “Kok jadi ngelantur soal sinetron. Oya, tadi ngomongin soal Haji Lolong? Apa maksudmu Haji Lolong itu seorang keturunan Tionghwa bernama Bian Lie Ong?”
‘’Bagaimana Tante tahu?”
“Ia kawan Om Robby dalam bisnis batu mulia. Orangnya sangat keras dan tidak mengenal kompromi untuk apa yang dimauinya. Kamu harus hati-hati, apalagi persoalanmu terkait dengan kecelakaan. Oya, sampaikan salamku dan Om Robby untuknya, mungkin ia masih ingat kami. . . . . .!”