Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Syair Syiar: Kopi Lama dalam Cangkir Baru

6 Maret 2016   15:30 Diperbarui: 6 Maret 2016   15:48 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Niteni atau to inquire, artinya mengamati, meneliti, memerhatikan, menganalisis untuk mendapatkan pemahaman, pengertian yang baik. AMATI.

Nirokake atau to imitate, artinya menirukan yang dalam istilah anak-anak sekolah “nyontek”. Orang-orang yang menjalankan bisnis jaringan lebih suka menggunakan istilah duplikasi. TIRUKAN.

Nambahi  atau to innovate, artinya memodifikasi, memperbaiki atau bahkan membuat semakin sempurna atau menyempurnakan. MODIFIKASI.

Ada orang yang mencoba menawarkan istilah lain, yaitu ATM = Amati, Tirukan dan Modifikasi. Inilah yang juga dilakukan oleh bangsa-bangsa maju di dunia, termasuk Jepang, Cina, Singapura, Korea Selatan  dll., untuk menciptakan kreasi baru baik dalam industri maupun jasa. Termasuk dalam cipta sastra.

Demikian proses kreatif seorang ADS dalam mencipta Syair Syiar! Adakah sesuatu yang baru? Di bawah matahari ini tidak ada sesuatu yang baru, kata Kitab Bijak. Segala sesuatu yang ada sekarang pernah ada sebelumnya. Yang nanti akan ada, juga merupakan pengulangan atau modifikasi yang sudah pernah ada!

Dari sisi stilistika, ADS memang memiliki gaya ucap yang khas. Diksi yang digunakan pendek, pekat, padat, kadang membuat bingung dan penasaran karena tak jelas apa yang dimaksudkan! Simak beberapa gaya ucap dalam puisinya, termasuk judul buku-bukunya, seperti: cipta rumus, neka syair, nan nun silang, nung nang ning nang, coreng neka, moreng hayat, benterang, mulut sampah serapah kata, republik satu rakyat, sembah darah, tasena dewa, tidak harus jadi presiden dicipta lagu... dan masih seabrek lagi kata, istilah, kalimat yang diungkapkannya.

Meminjam istilah Luxemburg, Bal dan Weststeijn (1989: 71), Penggunaan bahasa “penyair” (ADS) hanya dapat diartikan sebagai “bahasa khas bagi banyak sajak”, dan bukan menunjuk pada ciri puisi (syair) “yang sebenarnya”. Anggapan yang agak lazim mengenai puisi ialah bahwa ia terutama merupakan pengungkapan rasa. Jadi bahasa puisi, seperti bahasa yang digunakan ADS dalam karya-karya puisi maupun syairnya, memanglah tidak lugas dan objektif, melainkan berperasaan dan subjektif.

Masih banyak yang dapat diungkap dari Syair Syiar, tapi saya harus berhenti di sini, untuk memberikan ruang dan kesempatan kepada para penikmat. Silakan mencicipi dan mencecap nikmat Syair Syiar untuk diresap, direnung dan diamalkan. Saya hanya ingin mengartikulasikan kembali ucap sahabat yang kreativitasnya tak kunjung henti ini, seperti yang ditulis dalam buku  Tuhan Kedua (Khoirul Inayah, 2014: 252):

Amal apa yang baik? Kebaikan.

Amal apa yang benar? Kebijaksanaan.

Amal apa yang ikhlas? Tergerak dari sanubari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun