Pengalaman istri menjadi ibu, menurut pengakuannya, saat melahirkan dia langsung ingat ibunya. Air matanya meleleh setelah mulai hilang pengaruh anestesi sehabis operasi cesar. Dia ingat ibu yang melahirkannya. Perjuangan dan keberanian untuk melahirkan dia. Saya tentu tak akan bisa mengalami itu, tetapi saya bisa merasakan apa yang dirasakan istri saya saat itu.
Kini anak saya sudah dua. Yang besar laki-laki umurnya 5 tahun kurang, sedang yang kecil perempuan umurnya 2 tahun lebih. Keduanya memiliki karakter yang berbeda. Selera makannya pun berbeda. Si sulung hanya memakan jenis makanan tertentu sesuai pilihannya, sedangkan si bungsu bisa dan mau memakan berbagai jenis makanan, mulai dari kerupuk sampai bakso, yang manis sampai yang bersambal pedas, dia suka makan. Si sulung lebih manja daripada si bungsu. Terkadang mereka berlomba mendapat perhatian, dua-duanya ingin didengar. Malah kadang bersaing juga dengan ibunya, semua bercerita pengalaman hari ini dan saya harus mendengarnya. Begitulah ternyata menjadi ayah dari dua anak, kini hatiku harus ada tiga, buat ibunya, dan buat anak-anak kami.
Persoalan si Sulung dan Ibunya
Si sulung itu memang agak manja. Maklum anak pertama banyak yang memperhatikan. Opungnya, tulangnya, tantenya, bapaudanya, semua memberi perhatian. Walaupun begitu, sebenarnya dia diam-diam memperhatikan juga saran-saran yang saya berikan, kemudian meniru apa-apa yang saya kerjakan. Dia membolak-balik buku seolah sudah bisa membaca, dia membersihkan meja katanya banyak debu. Mengingatkanku untuk mengerjakan tugas kuliah. Dia mendoakan adiknya, dan semua yang telah memperhatikan dia disebut satu persatu.
Persoalan timbul kalau permintaannya tidak dipenuhi. Seperti tadi malam, dia minta permen vitamin C, yang tidak dipenuhi oleh ibunya. Karena seharian dia sudah makan dua permennya. Lalu mereka pun bersoal karena channel tivi. Ibunya mau menonton FoxCrime, anaknya mau nonton ”para-para” film kartun. Si sulung marah-marah kepada ibunya.