Si Abang Sebelas Duabelas dengan Bapaknya
Melihat hal itu, saya coba membujuk anak hasianku itu. Biasanya kalau kupeluk dia menjadi tenang. Sudah waktunya juga memberi tahu kepadanya agar tidak marah-marah kepada orang tua, harus sayang, harus sopan.
“Bang, kamu tidak boleh marah-marah sama mama, kan mama sayang abang. Abang dulu lahir prematur lho”
Dia diam memperhatikan, sambil senyum-senyum sedikit. Lagi pula manalah dia mengerti prematur, tapi nanti saya jelaskan.
“Abang tau kan yang di foto itu, waktu abang masih kecil?”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!