Mohon tunggu...
Sudomo
Sudomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Lombok Barat

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Empat Kisah Inspiratif Ramadan Ini Cocok untuk Anak-anak

9 April 2023   03:41 Diperbarui: 9 April 2023   06:13 1585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak PAUD membaca buku cerita bergambar di perpustakaan sekolah (Foto: Dokumentasi pribadi) 

Bulan Ramadan selain waktu yang tepat mengajari anak berpuasa dan beribadah lainnya, juga sekaligus menanamkan karakter positif pada dirinya. 

Penanaman karakter ini tidak saja melalui tontonan yang berupa tuntunan. Namun, bisa juga berupa kisah inspiratif. 

Kisah inspiratif memiliki cara sendiri untuk memengaruhi alam bawah sadar anak. Hal ini membutuhkan peran orang tua dalam membacakan atau menuturkan kisah. 

Contoh Kisah Inspiratif yang Cocok untuk Anak

Berikut ini empat contoh kisah inspiratif Ramadan yang bisa dijadikan referensi bagi orang tua yang memiliki anak usia dini. 

1. Kisah Akbar si Anak Sabar

Meskipun sedang berpuasa, Minggu pagi ini Akbar telah selesai membersihkan rumahnya. Akbar kemudian masuk ke dalam rumah. 

Di dalam rumah, Akbar menemui ayahnya yang sakit. Sudah beberapa hari ini Akbar merawatnya sendirian. Ibunya telah lama tiada. Keluarga pun dia tidak punya. 

Dengan sabar, Akbar menyuapi ayahnya nasi pemberian tetangga. Setelah itu, Akbar membantu ayahnya untuk berbaring. Akbar sama sekali tidak pernah mengeluh. 

"Sekali-kali kamu mainlah sama teman-temanmu, Bar," kata ayahnya pelan. 

Akbar hanya menggelengkan kepala. Bagi anak usia 11 tahun itu, kesehatan ayahnya adalah segalanya. Akbar memilih untuk menjaga sambil berdoa. 

Tiba-tiba Akbar mendengar ada yang mengetuk pintu. Dia bangun dan membukakannya. Dia terkejut karena ternyata pak gurunya. 

Pak gurunya bernama Pak Guru Amin. Pak Guru Amin pun duduk setelah dipersilakan Akbar. Keduanya pun berbincang-bincang. Setelah itu, Pak Guru Amin masuk ke kamar ayah Akbar. 

Pak Guru Amin pun membawanya ke rumah sakit. Berkat bantuan Pak Guru Amin setelah beberapa hari ayah Akbar pun sehat. Dia bisa kembali bekerja. Akbar pun kembali bersekolah. 

"Terima kasih, Pak Guru," kata Akbar sambil mencium tangan gurunya. 

Pak Guru Amin tersenyum dan berkata, "Ini berkat kesabaranmu merawat ayahmu, Akbar."

2. Kisah Budi yang Ikhlas Berbagi

Budi adalah anak berusia 10 tahun. Budi tinggal di sebuah desa bersama ayah dan ibunya. 

Ayah dan ibu Budi hanya petani biasa. Kehidupan mereka sangat sederhana. 

Suatu hari Budi pulang sekolah. Berhubung puasa, dia tidak diberikan uang saku oleh ayahnya. Namun, hari itu dia membawa sisa uang belanja tadi malam. 

Dalam perjalanan pulang Budi melewati pasar. Dia melihat seorang nenek berjalan di depan pasar. Nenek itu menjajakan jualannya. Dia menjual takjil. Budi melihat nenek itu berhenti di bawah pohon. Budi menghampirinya. 

"Nenek… capek, ya?" tanya Budi duduk di samping nenek itu. 

Nenek itu tersenyum kemudian menjawab, "Iya, Nak. Nenek capek keliling tapi belum laku juga dagangan Nenek."

Budi merogoh kantung celana dan menyerahkan selembar uang dia ribuan. 

"Ini ambillah, Nek," kata Budi kemudian. 

Nenek itu menolak halus dengan tangannya, "Tidak, Nak. Nenek bukan pengemis. Kalau kamu mau belilah jajan Nenek ini."

"Tapi uang Budi tidak cukup, Nek," jawab Budi. 

Nenek itu mengambil uang yang disodorkan Budi. Setelah itu dia memberi sebungkus jajan kepada Budi. 

Budi menolak halus, "Tapi, Nek. Uang Budi cuma dua ribu."

"Tidak apa-apa, Nak. InsyaAllah uang ini akan menjadi berkah bagi Nenek," kata Nenek itu sambil memasukkan uang di bawah daun pisang alas jajan. 

Budi pun pamitan setelah mengucapkan terima kasih. Dari kejauhan Budi melihat beberapa orang mengerubungi Nenek itu. 

"Alhamdulillah berkah," batin Budi. 

Sesampai di rumah, Budi menceritakan pada orang tuanya. Berkat arahan orang tuanya, Budi membagikan jajan pada teman-temannya. 

3. Kisah Fatimah si Anak Salihah

Seperti biasa sore itu Fatimah duduk di atas kursi rodanya. Gadis berusia 12 tahun itu melihat teman-temannya sedang kejar-kejaran di jalan kampung. 

Mereka bermain sambil menunggu waktu berbuka tiba. Fatimah ikut tertawa ketika ada temannya yang tertangkap. Tanpa terasa azan Magrib pun berkumandang. 

Fatimah bergegas masuk ke rumah. Orang tuanya telah menunggu untuk berbuka puasa bersama. Setelah selesai berbuka mereka salat Magrib berjamaah. 

Seperti hari-hari sebelumnya, keluarga Fatimah akan mengaji bersama sambil menunggu salah Isya tiba. Saat itu pun tiba. Mereka salat Isya dan tarawih berjamaah. 

Dalam keterbatasannya, Fatimah tidak pernah meninggalkan ibadahnya. Tidak lupa dia berdoa agar dilancarkan rezeki kedua orang tuanya. Harapannya agar bisa mengoperasi kaki kanannya yang patah seminggu sebelum Ramadan tiba. 

4. Kisah Salimar yang Rajin Belajar

Tahun ini Salimar berusia 11 tahun. Dia duduk di kelas 5 SD Harapan Bangsa. Sejak duduk di kelas 1, Salimar malas belajar. Tidak heran nilainya selalu di bawah rata-rata. 

Suatu hari Salimar diajak kakaknya ke rumah neneknya. Salimar heran karena semakin lama rumah neneknya penuh dengan buku. Dia pun penasaran. 

"Nenek… Beli buku baru lagi, ya?" tanya Salimar sambil duduk di samping neneknya.

Neneknya menurunkan buku yang dibacanya. Dia kemudian menjawab, "Iya, Mar. Kenapa?"

"Apa Nenek sudah baca semua buku ini?" tanya Salimar lagi. 

Neneknya pun menjelaskan tentang buku-buku yang telah dibacanya. Salimar terlihat bersemangat mendengarkan cerita neneknya. 

"Wah! Jadi, kalau banyak baca akan banyak yang kita tahu, ya, Nek, ya?" tanya Salimar. 

Nenek menganggukkan kepala. Salimar pun menyusuri rak penuh buku itu. Dia menemukan beberapa buku cerita anak karangan neneknya. 

Nenek memberikan buku itu dan beberapa buku lainnya. Hari menjelang berbuka ketika Salimar dan kakaknya pamitan pulang. 

Selesai melakukan rangkaian ibadah saat malam, Salimar langsung membaca buku-buku itu. Kata-kata neneknya sangat ampuh. Salimar menjadi gemar membaca buku di bulan Ramadan ini. Saat kenaikan kelas tiba, dia bisa memperoleh nilai sangat baik. 

Demikian empat kisah inspiratif Ramadan yang cocok untuk anak-anak. Anak-anak bisa membaca sendiri atau dibacakan oleh orang tua. 

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun