Melalui berbagi oleh peserta terakhir, peserta sebelumnya juga akan ikut belajar. Hingga pada akhirnya akan sama-sama memperoleh pengalaman belajar yang seimbang.Â
3. Pura-pura kerja
Taktik ini perlu diwaspadai. Hampir tidak ditemukan adanya nilai positif dari taktik ini. Secara umum taktik ini justru merugikan peserta sendiri.Â
Guru penggerak sebagai peserta tentu memiliki alasan sendiri saat menjalankan taktik ini. Bisa jadi karena waktu pengerjaan tugas yang mepet. Hal ini memicu guru penggerak mencari jalan termudah menyelesaikannya.Â
Bisa jadi juga karena dengan bersungguh-sungguh sekalipun peserta merasa tidak akan mendapat pembelajaran baru. Penyebabnya karena materi atau praktik yang dilakukan merupakan pengulangan saja.Â
Hal ini akan memicu munculnya niat belajar hanya menggugurkan kewajiban. Tentu hal ini bertentangan dengan komitmen awal mengikuti pendidikan.Â
4. Memilih berada pada zona nyaman
Tidak dipungkiri bahwa berada pada zona nyaman membuat seseorang merasa memiliki tempat terbaik. Padahal sejatinya tidak seperti itu.
Berada di zona nyaman sesungguhnya adalah ancaman bagi kemajuan proses belajar. Tentu ini tidak selaras dengan kepemimpinan dalam pembelajaran yang menjadi tujuan pendidikan guru penggerak.Â
Taktik ini terlihat bahkan sejak awal dalam pemilihan posisi duduk. Posisi duduk peserta pada lokakarya 4 ini cenderung berdasarkan kelompok PP. Ini yang perlu diwaspadai.Â
PP selaku fasilitator seharusnya peka bahwa zona nyaman peserta harus ditanggalkan. Selaku fasilitator, PP memiliki peran penting agar taktik ini tidak bisa berjalan.Â