Mendengar jawabannya, aku pun memberikan pencerahan kepadanya. Tentang bagaimana menyikapi umpan balik pembaca. Selain itu, aku juga mulai menceritakan tentang sosok blogger inspiratif yang tak lelah menulis apa pun hambatannya. Seketika aku melihat perubahan pada raut wajahnya.
Menyadari perubahan berarti pada dirinya, akun pun bergegas menyalakan laptop yang ada di atas meja.Â
"Kebetulan hari ini Hari Blogger Nasional, Mas. Kayaknya Mas perlu baca ini, deh," kataku sambil membuka sebuah laman.Â
Laman tentang Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd. itu
pun terpampang di layar laptopku. Dengan tekun, Opin membaca profilnya. Sesekali dia terlihat mengangguk-anggukkan kepala.Â
"Emangnya Omjay ini siapa, Bapak?" tanyanya tanpa melepaskan pandangannya dari layar laptop berukuran 12 inci itu.Â
Aku pun menjelaskan secara singkat profil Omjay. Tidak lupa aku menceritakan kiprah beliau di dunia blogger Indonesia. Berkali-kali aku menegaskan kepadanya tentang Omjay yang menginspirasi guru-guru di Indonesia.Â
Sejenak dia melepaskan pandangannya dari layar. Semangat terlihat jelas di matanya.Â
"Wah! Keren banget, ya, Bapak!" katanya setengah berteriak kemudian melanjutkan kata-katanya, "ceritain lagi tentang Omjay, dong, Bapak."
Aku pun berusaha memuaskan rasa ingin tahunya. Aku memulai cerita pertama kali aku mengenal Omjay. Aku ceritakan padanya pertama kali berteman dengan Omjay di Twitter. Waktu itu berawal dari saling follow meskipun jarang berinteraksi. Selanjutnya aku pun menceritakan lagi tentang kiprah Omjay secara detail.Â
"Selanjutnya, Mas. Bapak lebih mengenal Omjay pas Bapak ikut Kelas Menulis gelombang 16. Mas inget, kan?" tanyaku untuk memastikan bahwa dia menyimak ceritaku.Â