-Impor barang elektronik padahal sejak lama kita punya industri elektronika,
-Impor Ikan salmon padahal kita punya Ikan Kakap dan Tuna, Â Â
-Impor buah menghancurkan usaha perkebunan jeruk, durian, dan buah lainnya
- Impor Jagung, kedelai, makanan ternak dan lain - lainnyaÂ
- Impor sayuran dari China karena petani sayur kita belum mampu swasembada sayur
Menunjukkan bahwa APBN yang dikumpulkan dari pajak rakyat terkuras untuk membayar pembelian barang dan jasa Impor. Tiada hari tanpa impor, yang menguras APBN dan menambah beban hidup petani, perkebunan, perikanan dan peternakan terjengkang kemiskinan.
PETANI LOKAL
Khusus beras sebagaimana kita ketahui beras lokal di penuhi oleh beras impor, bagaimana petani kita mau hidup makmur kalau harga beras Internasional alias impor Rp. 6.800,- sedangkan beras lokal Rp. 8.000,-/kilogram.
Mahalnya beras lokal alasannya adalah pengelolaan lahan pertanian kita belum modern padahal Vietnam, dan Thailand sebenarnya sama dengan kita  bedanya karena tidak adanya keseriusan stakeholder yang mengurusi pertanian membantu petani secara total.
Di zaman orde baru kita mengenal Petugas Penyuluh Pertanian, TKS BUTSI dan lainnya sejalan dengan Departemen Pertanian yang saling padu memberikan perhatian yang sungguh sehingga tahun 2013 RI memperoleh penghargaan FAO (Fooad Agricultural Organization) badan PBB yang mengurusi pangan keberhasilannya melakukan swasembada pangan.
Ternyata Petani kita hebat jika di beri bimbingan teknis pengelolaan pertanian dengan baik dan hasilnya selain bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri juga bisa di ekspor ke  pasar pa internasional.