Mohon tunggu...
Sudiono
Sudiono Mohon Tunggu... Lainnya - I Owner Vpareto Travel Indonesia I Konsultan Ausbildung I https://play.google.com/store/apps/details?id=com.NEWVPARETOTOURNTRAVEL.android&pli=1

Pemerhati Masyarakat, Field study : Lychee des metiers des sciences et de I'industrie Robert Schuman, Le Havre (2013). Echange France-Indonesie visite d'etudes des provisieur - Scolaire Descrates Maupassant Lychee de Fecamp. Lycee Louis Modeste Leroy, Evreux (2014), Lycee Professional Jean Rostand, Rouen (2014), Asean Culinary Academy, Kuala Lumpur (2012). Departement of Skills Development Ministry of Human Resources Malaysia (2013). Seoul Technical High School (STHS) 2012. Jeju Self Governing School (2012), Assesor BNSP Marketting (2016), Assesor Akreditasi S/M (2015), Pelatihan CEC Coach Wiranesia (2022), pemilik Vpareto travel Indonesia,

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ketahanan Pangan dan Pemanfaatan Lahan Jalan Tol

8 Agustus 2020   19:54 Diperbarui: 8 Agustus 2020   20:03 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan Pertanian di Perancis (Dok pribadi)

FOOD ESTATE

Awal Juli 2020 lalu setelah pemerintah merasakan beban yang kian berat dibidang pangan Pemerintah membangun food estate atau lumbung pangan untuk menjaga kebutuhan pangan Indonesia di Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Pulang Pisau.

Pemerintah berencana membentuk badan baru dan akan menyerahkan pengelolaan kepada sebuah badan yang akan di bawah koordinasi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dibantu kementerian lain. Salah satu  ikhtiar   pemerintah guna memenuhi kebutuhan pangan untuk ke depannya.

Masa Pandemik Covid-19 yang menyasar tanah air sejak Maret 2020 lalu hingga kini  menyisakan  beban berat buat Indonesia. Baru-baru di rilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa hingga Q-II tahun 2020  laju Pertumbuhan ekonomi kita tidak seindah yang direncanakan tahun lalu yaitu meningkat, 5,2 - 5,3 % namun justru mengalami "pertumbuhan minus" 5,32%. Ekspektasi yang di bangun pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat akhirnya tertunda di tahun 2020.

PHK

Beberapa waktu kemudian muncullah banyak permasalahan ke permukaan satu demi satu. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menghantui para pekerja di sektor swasta tempat mereka bekerja mengalami penurunan permintaan produksi sektor barang dan jasa disebabkan oleh lemahnya daya beli masyarakat.

Dunia penerbangan juga demikian pengurangan pekerja di sektor ini karena penutupan sejumlah jalur penerbangan baik domestik ataupun  rute internasional terimnas Covid-19, Pekerja kantoran demikian pula nasibnya tak jauh berbeda dengan pekerja di sektor indsutri dan penerbangan. 

Bidang pariwisata, perkantoran juga tak kalah sulitnya dan usaha kuliner pun mengalami penuruanan omset karena masyarakat tak lagi berani keluar rumah, berkumpul di mall atau tempat makan dikarenakan kekhawatiran mereka terinfeksi Virus Covid-19. Hampir semua sektor kehidupan masyarakat sangat terdampak.

SEMBAKO 

Meski begitu, dibalik musibah ini bangsa Indonesia harus tetap melaksanakan semua kegiatan ekonomi harus tetap berjalan. Industri dalam negeri sedikit- demi sedikit mulai bangkit walau tidak mudah terutamanya kebutuhan pokok sehari-hari yang kita kenal dengan sembako (sembilan bahan pokok). Kesembilan bahan itu menurut "Kepmenperindag 115/1998" adalah: Beras, Gula pasir, Minyak goreng dan mentega, 

Daging sapi dan ayam, Telur ayam, Susu, Jagung, Minyak tanah dan Garam beryodium harus tetap tersedia tidak boleh tergantung pada kondisi ada atau tidaknya Pandemik ini. Lain dengan strategi pra Reformasi di mana pemerintah berusaha mencukupi kebutuhan dalam negeri dengan swasembada mulai beras, jagung dll. kalaupun ada impor angka-angkanya tidak fantastis.

Kita dulu terlampau asyik dengan impor pasca Reformasi 1998. Ada perbandingan tata kelola impor pangan antara masa pra Reformasi dengan Era Reformasi hingga kini. Pada era reformasi banyak pemimpin negara yang para pembantunya berpikiran praktis, simpel dan mungkin dipikirnya efisiensi. kebutuhan pokok bangsa ini lebih banyak mengandalkan impor.

Kalau pada awalnya impor adalah jalan cepat atasi kekurangan pangan sebenarnya kita masuk dalam jebakan impor (Import Trap). negara Indonesia termasuk korban jebakan impor, pada  awalnya barang  impor di jual dengan harga murah sehingga di pasaran masyarakat yang ingin membeli mendapatkan barang yang berkualitas dan murah.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan dalam negeri yang tiap tahun makin meninggi maka harga  barang-barang impor pun makin naik. Kini masyarakat tidak lagi memperoleh barang impor dengan harga makin terus melambung.

IMPOR KOMODITAS PANGAN / NON PANGAN

Deras masuk barang-barang impor berdampak buruk sekali bagi petani dan pemilik kebun, dan usaha peternakan lainnya. 

-Impor bawang merah bersamaan dengan panen petani bawang, 

-Impor singkong dengan masa petani panen singkong, 

-Impor beras saat petani panen padi, 

-Impor daging beku dengan alasan peternak kita tidak mampu memenuhi kebutuhan daging, 

-Impor garam padahal negara kita punya garis pantai terpanjang di dunia, 

-Impor barang elektronik padahal sejak lama kita punya industri elektronika,

-Impor Ikan salmon padahal kita punya Ikan Kakap dan Tuna,    

-Impor buah menghancurkan usaha perkebunan jeruk, durian, dan buah lainnya

- Impor Jagung, kedelai, makanan ternak dan lain - lainnya 

- Impor sayuran dari China karena petani sayur kita belum mampu swasembada sayur

Menunjukkan bahwa APBN yang dikumpulkan dari pajak rakyat terkuras untuk membayar pembelian barang dan jasa Impor. Tiada hari tanpa impor, yang menguras APBN dan menambah beban hidup petani, perkebunan, perikanan dan peternakan terjengkang kemiskinan.

PETANI LOKAL

Khusus beras sebagaimana kita ketahui beras lokal di penuhi oleh beras impor, bagaimana petani kita mau hidup makmur kalau harga beras Internasional alias impor Rp. 6.800,- sedangkan beras lokal Rp. 8.000,-/kilogram.

Mahalnya beras lokal alasannya adalah pengelolaan lahan pertanian kita belum modern padahal Vietnam, dan Thailand sebenarnya sama dengan kita  bedanya karena tidak adanya keseriusan stakeholder yang mengurusi pertanian membantu petani secara total.

Di zaman orde baru kita mengenal Petugas Penyuluh Pertanian, TKS BUTSI dan lainnya sejalan dengan Departemen Pertanian yang saling padu memberikan perhatian yang sungguh sehingga tahun 2013 RI memperoleh penghargaan FAO (Fooad Agricultural Organization) badan PBB yang mengurusi pangan keberhasilannya melakukan swasembada pangan.

Ternyata Petani kita hebat jika di beri bimbingan teknis pengelolaan pertanian dengan baik dan hasilnya selain bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri juga bisa di ekspor ke  pasar pa internasional.

Kembali ke Food state, jika yang bakal ditanami adalah padi pertanyaannya adalah kesuburan sebab  Tanah gambut atau organosol adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan bahan organik seperti tumbuhan, gambut, dan rawa. Tanah gambut biasanya terdapat di daerah yang memiliki iklim basah dan bercurah hujan tinggi.

Tanah ini memiliki ciri-ciri berwarna hitam, memiliki kandungan air dan kandungan organik yang tinggi, memiliki tingkat keasaman yang tinggi, nilai PH-nya hanya 0.4, miskin akan unsur hara, drainasenya jelek, dan pada umumnya kurang subur. Di Indonesia penyebaran tanah gambut ini umumnya ada di daerah Kalimantan, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, dan Papua bagian selatan. 

Untuk Food State yang bakal terbilang mahal mengapa tidak di fokuskan di Pulau Jawa saja ? baru kemudian ke luar Pulau jawa. Alasannya karena banyak mengandung tanag Vulkanis. Tanah vulkanis memiliki tingkat kesuburan yang tinggi karena mengandung unsur hara atau mineral yang dibutuhkan tanaman. Jenis tanah ini tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Bali, dan Lombok.

Tanah ini biasanya digunakan di daerah pertanian dan perkebunan. Walaupun banyak tanah vulkanis yang berubah fungsi dari lahan pertanian ke lahan industri dan pemukimanserta Infrastruktur. setidaknya kesuburan tanah vulkanis bisa dimanfaatkan maksimal.

LAHAN JALAN TOL

Salah saalah satu faktor yang mengurangi ketersediaan Lahan produktif adalah pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan bebas hambatan (toll road) di sejumlah provinsi terutama di Pulau Jawa. Bentangan Jalan Tol Trans Jawa, Tol Cipularang dan  tol Jagorawi. berapa besar lahan produktif itu kalau tetap menjadi lahan produktif?

Sebenarnya kalau pemerintah mau serius menghadapi tantangan ketahanan pangan ada beberapa solusi dengan menggunakan lahan jalan tol sesuai jenis tanaman yang diinginkan.

1. Jalan Tol Cikampek : Di mulai dari Cikunir  Km 10 sd Km 21 di Tambun Selatan bawah Tol japek Elevated atau setelahnya bisa di gunakan untuk lahan     pertanian  hidroponik baik sayuran maupun buah2an yang cepat panen misal : a. Tanaman Pokcay umur panen 22 Hari Setelah Tanam (HST), b.               Tanaman sawi hijau (3 bulan), c. Tanaman Kangkung (27-30 HST), d. Tanaman Salada Hijau (40-55 HST), e. Tanaman Bayam (40-45 HST), f.                   Tanaman Seledri (30-45 HST), g. Tanaman baby Kailan (35-40 HST).  Tanaman buah : Mentimun (40-60 HST), Tomat (40-60 HST), Melon (50              HST), Strawberry (120 HST )

2. Tol Jakarta - Cikampek, dan jalan tol lainnya yang tadi telah disebutkan di atas  sisi kiri dan kanan Jalan tol juga bisa di tanami mulai dari Padi, tanaman sayuran dan buah dengan  cara melibatkan warga   sekitar lahan yang di kelola.

3. Melakukan Gerakan Nasional Hidroponik dengan memberikan insentif pada masyarakat yang berhasil mencapai hasil panen paling baik dan berkualitas mengingat masa pandemik ini banyak kalangan ibu rumah tangga yang dasarnya tidak bekerja/non produktif digerakkan menjadi tenaga produktif.

PENUTUP 

Pemerintah jangan anggap remeh kemampuan masyarakat, jika ada penjelasan yang logis dan mengena di hati rakyat bukan sekedar sandiwara maka bukan hal kecil yang kita bisa petik atas keikutsertaan membantu pemerintah menjaga momentum ketahanan pangan nasional.

Jangan ada kesan tanpa pemerintah masyarakat tak ada artinya. Saatnya pemerintah berpikir all out, berpikirlah out of the box ketahanan pangan adalah tanggungjawab bersama. Wallahu'alam bis sawab (8/8/2020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun