"Kenapa Ibu berpikir Aku disitu Bu?"
"karena kau sudah berkepala tikus anakku huhuhu.. huhuhuhu.. kepala tikus huhuhu"
"Tidak bu, Aku masih berkepala manusia lihatlah."
"Tidak anakku.. huhuhu.. coba lihat kecermin..huhuhu"
"Ahh!!"
Betapa terkejutnya Aku, Aku melihat sebuah kepala dengan moncong panjang dan gigi yang keluar kedepan dengan mulut kecil mata kecil berbulu dan kuping yang menjijikan di cermin. Kemudian berganti wajah bocah laki-laki tempo hari dan kini wajah si Tonggos bibir tebal dan tukang senyum itu. Dia bukan lagi tersenyum sekarang ia tertawa. Benar-benar tertawa. Geram betul Aku dibuatnya. Kupukul dengan sekuat tenaga wajah itu tapi cermin itu melindunginya. "Kenapa kau tertawa?" tanyaku berkali-kali. Tak sekalipun ia menjawab, malah ia semakin tertawa. Semakin tertawa sampai terguling, muntah, buang air dan akhirnya mati.
"MAMPUS KAU! MAMPUS! MAMPUS!!" Teriaku dengan suara paling lantang yang kucisa. Senang betul Aku mati juga ia akhirnya.
Bahagia benar Aku melihat Dirnah sudah disini pagi-pagi. Tapi tak seperti kemarin, rambutnya yang bergelombang kini lepek, bibirnya yang biasanya merah kini jadi hitam. Bahkan bajunya pun hari ini hitam.
"Mas ini jebakan, kita dijebak. Kita sudah tertangkap. Semua harta kita sudah disita.. huhuhu" tangisnya meledak.
"Apa?"
"Ia Mas Kucing Garong itu Cuma pura-pura, ia menipu kita. Dan lebih sial lagi Si Sikut sudah bebas Mas, ia punya rekaman bukti bahwa Mas otaknya dan Ia pakai Kucing Garong beneran untuk melimpahkan segalanya ke Mas.. huhuhu.. kita gak punya apa-apa lagi Mas.. huhuhu"