Mohon tunggu...
Elvionita
Elvionita Mohon Tunggu... -

Little girl with her huge hope. She is trying to become normal but no body trust. Anak tengah ddengan sejuta harapan, mencoba menyangkal mitos bahwa anak tengah hidup luntang-lantung. Writer,Storyteller,Mastermind,Leader and Tanslator.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dear Tikus Berdasi

15 Oktober 2015   17:52 Diperbarui: 15 Oktober 2015   18:50 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ibuku tidak mendengarku, Ia asik sekali membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an. Kini Aku berusaha berlari menuju Ibuku. "Aduh!" Aku tersantuk, Ibuku tidak bisa kugapai. Ia dan rumahnya dalam sebuah kaca. Ibuku makin asik membaca ayat suci, aku mulai kepanasan. Si Tonggos makin lebar pula senyumnya. "Ibu!Ibu! Hentikan Bu! Aku anak mu bu! Ibu!!" aku kini sudah berguling-guling dan akhirnya tersadar dan terjaga dari tidurku. Untung Cuma mimpi batinku.

Tepat di hari ke-7 setelah dibawa oleh Kucing si Kusti akhirnya buka mulut tentang keterkaitanku dan Sikut. Diseret pula kami kekantor kucing. Walaupun kami ditetapkan sebagai tersangka, Aku tetap memasang wajahku yang paling baik.

"Mas wajahmu harus simpatik dan seperti seorang yang dituduh. Jangan bicara sombong, buat seolah-olah perkataanmu benar." Nasehat istriku ketika ia menjengukku dikantor kucing kemarin.

"Ia Dik. Bisa kamu lancarin gak pembebasan Mas?"

"Tenang aja Mas, asal ada pelicinya bisa diurus."

"Dik bisa Mas minta kamu bawain cermin Mas kalau kamu kesini lagi?"

"Bisa Mas" Kata Dirnah yang akhirnya pergi dari Kantor kucing itu.

Setelah bertemu Marya atau Dirnah istriku akhirnya Aku digiring ketempatku kembali, ketika kami akan menuju kesana banyak sekali ternyata kamera dan wartawan yang sudah menghadang. Kuingat nasehat istriku, kupasang wajah paling simpatikku. Ketika ditanya Aku menjawab. "Kita lihat saja kebenaran pasti akan menang." Berulanngkali kuucapkan dengan lantang dan penuh percaya dirri.

Malam pertama kulalui dalam kamar besi ini dengan galau. Aku tak dapat tidur dibuatnya, satu jam berlalu, 3 jam, 5 jam dan tepat jam 1 malam Aku tertidur. Dalam tidurku Aku berjumpa lagi dengan bocah laki-laki yang ingin kutendang kemarin. Sepertinya Ia sudah tumbuh agak dewasa sekarang. Kini wajahnya seolah tak asing bagiku, siapa dia, dimana aku melihatnya selain dihari itu. Aneh benar otakku yang cerdas dan biasa melahirkan strategi perang dan adudomba sana sini kenapa sekarang jadi tumpul. Sudahlah aku ingin melihat kehidupan bocah itu. Bocah itu ternyata anak pandai disekolahnya, bahkan ia sering mendapatkan juara umum.

"Hei Tuan, apa Tuan kenal tikus-tikus ini?" tanya bocah itu padaku.

"Tentu." Jawabku singkat dan ketus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun