"Darimana mereka mengenal mereka? Apa sebab Tuan kenal mereka?" tanya bocah itu lagi.
"Karena Aku salah satu dari mereka." Jawabku.
Seketika itu sebuah sebuah sentuhan kurasakan. Sial betul ternyata sudah pagi, Aku harus menjalani pemeriksaan perdana ku. Para kucing menanyaiku dengan banyak sekali pertanyaan. Tapi aku sudah siap dengan pertanyaan mereka. Akhirnya setelah pertanyaan ke-110 ditanyakan, boleh juga Aku kembali ke selku itu. Setelahnya Aku diberitahu tentang kedatangan Dirnah. Dengan setengah berlari kuhampiri istriku sekaligus penasihatku itu.
"Mas Aku sudah temukan Kucing garongnya. Mas dijamin bisa bebas." Kata istriku itu berbisik-bisik.
"Benarkah? Apa yang kamu berikan?" tanyaku penasaran.
"Anaknya butuh dana untuk operasi, istrinya harus cuci darah dan Ibunya harus beli kornea mata orang."
"Bagus jadikan dia Kucing Garong yang sempurna. Mana pesananku?"
"Ini Mas." Kata Dirnah alias Marya istriku sambil menyodorkan sebuah cermin tua berukir kepadaku.
Setelah bertemu Dirnah, damai pula hatiku. Setelahya kulihat cerminku dan kini Aku yang tersenyum mengejek dalam hati Aku berkata tidak mungkin Aku terjerat begitu lama Hahahaha. Tapi aneh si Tonggos tetap mengajak bibir hitam tebalnya tersenyum bahkan bukan lagi tersenyum . giginya yang hitam kelihatan jelas sekarang. Dalam hati Aku berteriak "Aku pasti menang!". Aku kini terlelap dan bertemu Ibuku. Ibuku kini sedang menangis menunduk disebuah selokan. Heran betul Aku dibuatnya.
"Ibu apa yang Ibu lakukan disitu bu?" tanyaku padanya.
"Oh anakku.. huhuhu.. anakku... huhuhu untunglah kau disini, kukira kau akan selamanya berada dalam got. Huhuhu anakku yang malang.. huhuhu.."