“Kenapa mereka menganggu kami, Pak?” tanyaku cepat. Sulit membayangkan mereka tinggal bersama kami, sesekali menganggu tetapi tidak kelihatan. Tidak enak rasanya membayangkan setiap saat kami ‘diawasi’ penghuni lain kantor ini.
“Mereka tidak suka suasana berisik. Kalau tidak salah mereka menganggu hanya disaat-saat tertentu. “
Aku mencoba mengingat-ingat kejadian yang sering terjadi di kantor.
“Ya, Mbak Ros. Mungkin benar. Semua kejadian yang kita alami pasti saat kita dikejar deadline laporan. Saat semua orang sibuk, berisik dan panik. Semua persis yang dikatakan Pak Surip.” Kata Santi mengingatkanku.
Aku mengangguk mengiyakan. Betul kata Santi. Penghuni rumah ini tidak suka saat rumah berisik dan ribut. Karena disaat-saat biasa tidak ada kejadian aneh.
“Nggak bisa dipindah keluar kantor, Pak?” tanya Mbah Marto.
“Iya, Pak. Saya ngeri kalau tahu mereka disini.” Kataku menambahkan usulan Mbah Marto.
“Saya akan mencobanya lagi. Tapi kemungkinan tidak terlalu jauh dari rumah ini,” ujar Pak Surip lagi. “Selama mereka belum pindah, pasti akan ada gangguan. Saran saya, Bu Ros dan yang lainnya bisa menjaga suasana kantor lebih tenang. Mungkin mereka tidak akan menampakkan diri.
“Tolong dimediasi, Pak. Paling tidak mereka tidak menampakkan diri lagi,” kataku diiringi rasa khawatir bercampur takut.
***
Saat tiba di kantor, aku heran melihat becak Mbah Marto. Tak biasanya ia masih di kantor. Langkah kakiku berhenti saat Mbah Marto memberikan sebuah informasi penting.