Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teror Keluarga Gendruwo

6 Maret 2016   13:59 Diperbarui: 6 Maret 2016   14:08 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            “Kenapa mereka menganggu kami, Pak?” tanyaku cepat. Sulit membayangkan mereka tinggal bersama kami, sesekali menganggu tetapi tidak kelihatan. Tidak enak rasanya membayangkan setiap saat kami ‘diawasi’ penghuni lain kantor ini.

            “Mereka tidak suka suasana berisik. Kalau tidak salah mereka menganggu hanya disaat-saat tertentu. “

            Aku mencoba mengingat-ingat kejadian yang sering terjadi di kantor.

            “Ya, Mbak Ros. Mungkin benar. Semua kejadian yang kita alami pasti saat kita dikejar deadline laporan. Saat semua orang sibuk, berisik dan panik. Semua persis yang dikatakan Pak Surip.” Kata Santi mengingatkanku.

            Aku mengangguk mengiyakan. Betul kata Santi. Penghuni rumah ini tidak suka saat rumah berisik dan ribut. Karena disaat-saat biasa tidak ada kejadian aneh.

            “Nggak bisa dipindah keluar kantor, Pak?” tanya Mbah Marto.

            “Iya, Pak. Saya ngeri kalau tahu mereka disini.” Kataku menambahkan usulan Mbah Marto.

            “Saya akan mencobanya lagi. Tapi kemungkinan tidak terlalu jauh dari rumah ini,” ujar Pak Surip lagi. “Selama mereka belum pindah, pasti akan ada gangguan. Saran saya, Bu Ros dan yang lainnya bisa menjaga suasana kantor lebih tenang. Mungkin mereka tidak akan menampakkan diri.

            “Tolong dimediasi, Pak. Paling tidak mereka tidak menampakkan diri lagi,” kataku diiringi rasa khawatir bercampur takut.

                                                                                         ***

            Saat tiba di kantor, aku heran melihat  becak Mbah Marto. Tak biasanya ia masih di kantor. Langkah  kakiku berhenti saat Mbah Marto memberikan sebuah informasi penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun