Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teror Keluarga Gendruwo

6 Maret 2016   13:59 Diperbarui: 6 Maret 2016   14:08 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seminggu berikutnya  sekretaris  kantor, Latri, panik saat buku catatan telepon semua jaringan tidak ketahuan dimana rimbanya. Buku itu tiba-tiba ada diatas mejanya keesokan harinya. Tak ada yang mengaku mengambil atau memindahkan buku itu. 

Dan empat hari lalu, tiba-tiba aku sendiri kehilangan file proposal yang mestinya bisa aku kirim hari ini. Sekarang? Keluhku dalam hati. Benar-benar kejadian aneh.

            “Coba dicari dulu, Wik. Mungkin  terselip,” saranku berusaha tenang. Aku tidak mungkin memperlihatkan kepanikan di depan stafku. Sebagai direktur, aku harus menjaga ketenangan seluruh staf dan memastikan semua baik-baik saja.

            Tiwik mengelengkan kepala. Kali ini setitik air bening bergulir di sudut matanya. Ia terduduk  lemas.

            Aku bisa memaklumi kekecewaan dan keresahannya. Tiwik pasti sangat panik dan stress karena dokumen-dokumen itu sangat penting. Kalau sampai semuanya hilang, pasti Tiwik akan kesulitan untuk mencari gantinya. Bagaimana mungkin mencari kwitansi, nota-nota, bukti pembayaran selama setahun yang hilang? Butuh waktu lama dan juga sulit untuk mencarinya.

            Kutepuk bahu Tiwik. Aku merasa prihatin melihatnya.

            “Wik, sudah hampir jam lima. Sebaiknya kamu pulang dulu. Besok pagi kita cari lagi, ya. Kalau panik seperti ini kemungkinan dokumennya juga nggak ketemu. Siapa tahu besok saat kita mulai tenang, bisa menemukan dokumen itu.” Kataku menghiburnya.

            “Tapi, Mbak?” protes Tiwik.

            “Nggak apa-apa. Besok kita semua  akan membantu mencarinya kembali.” kataku tegas.

            Tiwik mengangguk pasrah. Ia memberesi meja kerjanya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun