Setelah wali kelas menangani masalah bullying dengan pendekatan restitusi maka langkah selanjutnya guru dapat menerapkan pendekatan coaching untuk menggali potensi murid agar dapat teralihkan ke hal positif atau menggali lebih jauh ada permasalahan apa yang tengah dialami sehingga guru membantu murid menemukan solusi atas masalah yang dihadapi.
     Dengan kata lain, coaching merupakan suatu pendekatan yang menekankan pengembangan dan potensi diri murid. Kehadiran wali kelas yang peduli tentu memiliki peran sebagai coach yang mampu menjadi pendengar aktif, melibatkan secara penuh, dan merangsang melalui pertanyaan berbobot sehingga memotivasi murid untuk terbuka dan terdorong untuk merencanakan aksi tindakan ke depan jauh lebih baik. Hal ini bertujuan
- Membangun kesadaran diri. Wali kelas membantu murid dalam memahami emosi dan perasaannya. Pelaku bullying dimotivasi untuk memahami apa yang menyebabkan tindakan negatif itu muncul sementara di pihak korban diberikan dukungan untuk mengelola emosi yang mungkin muncul setelah perilaku bullying.
- Mengasah keterampilan pemecahan masalah. Dalam praktik coaching melalui pertanyaan berbobot yang diajukan wali kelas dapat menuntun murid menermukan solusi yang sesuai  dalam menangani masalah. Dengan pendampingan dimulai proses refleksi, coaching membantu murid mengambil keputusan bijak di masa yang akan datang.
- Membangun tanggung jawab pribadi. Praktik coaching tidak hanya berkonsentrasi dalam membantu solusi jangka pendek tapi juga menanamkan rasa tanggung jawab pada diri murid guna memperbaiki hubungan dalam menciptakan kelas  yang nyaman dan inklusif.
Kedua pendekatan dapat dijalankan secara beriringan melalui komunikasi efektif. Wali kelas perlu melakukan komunikasi secara jelas, terbuka, dan penuh empati guna menciptakan kepercayaan antarmurid walinya. Adapun caranya adalah
- Mendengarkan secara aktif. Di sini wali kelas sebagai pendengar setiap tanpa ada maksud melakukan intimidasi sehingga membuat murid merasa didengar dan dihargai. Hal ini akan membantu proses pemulihan dengan mudah.
- Berbicara dengan empati. Berbicara dengan hati akan mampu memahami perasaan murid baik bagi korban maupun bagi pelaku sehingga melalui dialog yang diterapkan dapat membangun kepercayaan.
- Mediasi masalah. Dalam masalah bullying, komunikasi kedua belah pihak harus difasilitasi dengan baik dan penuh hati-hati agar dalam penanganan tidak menimbulkan masalah baru dan berkepanjangan.
Sinergi Wali Kelas dengan Segitiga Restitusi, Komunikasi Efektif, dan Coaching
Sinergi wali kelas dengan menerapkan segitiga restitusi, komunikasi efektif, dan coaching bisa menciptakan lingkungan kelas  yang aman dan inklusif.Â
Kombinasi ketiganya saling melengkapi dalam membantu menciptakan proses pemulihan yang bermanfaat dan berdampak yakni melalui pendekatan restitusi yang bisa memungkinkan murid belajar dari kesalahannya, sedangkan komunikasi efektif membantu menciptakan suasana yang mendukung melalui dialog terbuka dan pemulihan.
 Sementara coaching bisa menguatkan kemampuan murid dalam menghadapi masalah dengan cara yang sehat, meningkatkan kesadaran diri, memotivasi murid menjadi bertanggung jawab, dan mengalihkan ke pengembangan potensi ke positif sesuai bakat dan minatnya.
Jika kombinasi pendekatan ini diterapkan maka wali kelas bisa menciptakan lingkungan kelas atau sekolah yang lebih inklusif, aman, nyaman, dan kondusif bagi pertumbuhan murid sehingga murid belajar tanpa ada rasa takut yang mengiringi.Â
Dengan begitu, penanganan masalah bullying jangka pendek dapat terwujud dan dapat memberikan bekal bagi murid terus menguatkan karakternya agar menjadi pribadi yang lebih bijak, empati, dan mampu mengelola emosinya secara sehat sehingga masalah tidak berdampak.
Sumber modul penggerak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H