Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menciptakan Kelas Aman dari Bullying melalui Sinergi Wali Kelas dengan Pendekatan Restitusi, Coaching, dan Peran Komunikasi Efektif

3 Oktober 2024   21:07 Diperbarui: 3 Oktober 2024   21:30 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi stop bullying (freepik.com) yang diunduh dari https://lifestyle.kompas.com/ 

Menciptakan Kelas Aman dari Bullying melalui Sinergi Wali Kelas dengan Pendekatan Restitusi, Coaching, dan Peran Komunikasi Efektif

 

Jika kita menyimak pembicaraan selalu ada saja berita yang berkaitan dengan bullying yang mengakibatkan korban menanggung dampak psikis dan bahkan nyawa menghilang. 

Sehingga kasus bullying merupakan masalah serius yang terus mendapat perhatian semua pihak terutama sekolah sebab dampak yang ditimbulkan berkaitan dengan emosional, sosial, dan akademis murid. 

Bullying merupakan tindakan kekerasaan atau bisa intimidasi yang dilakukan dengan sengaja oleh seseorang atau kelompok kepada orang lain yang dianggap lemah. Mereka bisa melakukan dalam berbagai bentul baik secara fisik, verbal, psikis maupun media daring. 

Sehingga tujuan untuk menyakiti, mempermalukan, dan merendahkan korban dapat terlampiaskan. Dengan begitu,  ada kepuasan hati saat menyaksikan korban benar-benar tak berdaya.

Kasus bullying dapat terjadi di mana saja, salah satunya di sekolah. Sehingga berbagai strategi dan pendekatan secara efektif guna meminimalisasi masalah ini  yakni melalui sinergi antara wali kelas dalam menerapkan penerapan segitiga restitusi, peran komunikasi efektif, dan coaching.

Ketiga pendekatan ini merupakan kombinasi yang apik yang tidak hanya membantu penanganan bullying tapi bagaimana guru dapat membangun lingkungan kelas yang aman dan kondusif untuk semua murid.

Terkadang peran guru tidak terfokus menjadi pengajar saja tapi lebih dari itu. Sebelum penanganan intensif menggunakan ketiga kombinasi tersebut yang disesuaikan kebutuhan maka guru perlu tahu apa sih yang menyebabkan masalah bullying itu terjadi sehingga penanganan tepat sesuai masalahnya. 

Bullying pada umumnya terjadi disebabkan adanya ketidakseimbangan kekuatan pada diri murid baik berupa fisik, emosional, atau sosial. Para pelaku terkadang cenderung mempunyai kontrol berupa kekuatan yang lebih besar daripada korban baik kekuatan fisik, popularitas maupun pengaruh sosial. Selain itu, motivasinya juga beragam di antaranya keinginan mendominasi, masalah pribadi, dan kurangnya empati.

Peran Wali Kelas dalam Meminimalisasi Bullying

Mengapa wali kelas sangat memiliki andil yang besar dalam menciptakan lingkungan kelas nyaman dan inklusif? Sebab wali kelas adalah sosok yang dekat dengan murid di sekolah. 

Selain sebagai tenaga pengajar,  guru juga memiliki peran sebagai wali kelas yang mampu membimbing dalam berbagai bidang baik menggali potensi maupun bidang sosial dan emosional. 

Saat terjadi kasus bullying yang melibatkan anak walinya, maka peran wali kelas menjadi garda di depan dalam mengenali masalah, mengintervensi dan memberikan solusi yang sesuai.

Untuk dapat memberikan solusi perlunya pendekatan yang sesuai. Pendekatan yang digunakan sesuai pengalaman pribadi dan mampu menjadi jalan keluar yang membuat murid walinya nyaman yakni pendekatan restitusi, dan coaching yang merupakan alat yang kuat bagi wali kelas untuk meminimalisasi kasus bullying dan sekaligus menguatkan hubungan komunikasi efektif yang mendekatkan antarguru dan murid.

Pendekatan Restitusi merupakan Fokus pada Pemulihan bukan Pemberian Hukuman

Pendekatan restitusi merupakan pendekatan yang menekankan perbaikan hubungan dan pemulihan situasi setelah melakukan tindakan bullying atau tindakan negatif lainnya. Pendekatan restitusi ini mengajak murid baik sebagai pelaku maupun korban untuk memperbaiki keadaan melalui pemberian kesempatan untuk bertanggung jawab secara personal dalam memulihkan hubungan yang rusak. 

Dalam hal ini, guru mempercayai bahwa manusia pernah berbuat salah dan tidak ada sempurna sehingga perlu diberikan kesempatan untuk menunjukkan perubahan dengan terus memberikan evaluasi dan tindak lanjut.

Dalam penerapan pendekatan segitiga restitusi maka ada tiga elemen penting yang perlu diperhatikan yakni

  • Mengidentifikasi masalah. Saat penanganan masalah bullying maka peran wali kelas dapat membantu murid yang sedang terkena kasus tersebut dengan  memahami akar penyebab perbuatan bullying. 

  • Dengan melakukan diskusi terbuka untuk menjalin komunikasi dengan pihak yang menjadi saksi dan melakukan  observasi secara mendalam sehingga diperoleh gambaran secara detail.

  • Memotivasi tanggung jawab. Saat guru menerapkan pembicaraan maka murid dimotivasi untuk mengakui kesalahan dan memahami konsekuensi dari tindakannya. Sehingga murid jadikan sebagai refleksi diri untuk belajar dari kesalahannya dalam menguatkan kesadaran diri.

  • Memulihkan hubungan. Usai tanggung jawab diambil, maka pusat restitusi berikutnya memperbaiki hubungan yang kurang baik. Di sini peran wali kelas sebagai mediasi untuk menjalin interaksi antara pelaku dan korban dalam membangun kembali rasa saling menghormati tanpa ada saling menyakiti satu sama lainnya.

 

Coaching sebagai Alat Pengembangan Karakter bagi Murid

Setelah wali kelas menangani masalah bullying dengan pendekatan restitusi maka langkah selanjutnya guru dapat menerapkan pendekatan coaching untuk menggali potensi murid agar dapat teralihkan ke hal positif atau menggali lebih jauh ada permasalahan apa yang tengah dialami sehingga guru membantu murid menemukan solusi atas masalah yang dihadapi.

          Dengan kata lain, coaching merupakan suatu pendekatan yang menekankan pengembangan dan potensi diri murid. Kehadiran wali kelas yang peduli tentu memiliki peran sebagai coach yang mampu menjadi pendengar aktif, melibatkan secara penuh, dan merangsang melalui pertanyaan berbobot sehingga memotivasi murid untuk terbuka dan terdorong untuk merencanakan aksi tindakan ke depan jauh lebih baik. Hal ini bertujuan

  • Membangun kesadaran diri. Wali kelas membantu murid dalam memahami emosi dan perasaannya. Pelaku bullying dimotivasi untuk memahami apa yang menyebabkan tindakan negatif itu muncul sementara di pihak korban diberikan dukungan untuk mengelola emosi yang mungkin muncul setelah perilaku bullying.

  • Mengasah keterampilan pemecahan masalah. Dalam praktik coaching melalui pertanyaan berbobot yang diajukan wali kelas dapat menuntun murid menermukan solusi yang sesuai  dalam menangani masalah. Dengan pendampingan dimulai proses refleksi, coaching membantu murid mengambil keputusan bijak di masa yang akan datang.

  • Membangun tanggung jawab pribadi. Praktik coaching tidak hanya berkonsentrasi dalam membantu solusi jangka pendek tapi juga menanamkan rasa tanggung jawab pada diri murid guna memperbaiki hubungan dalam menciptakan kelas  yang nyaman dan inklusif.

Kedua pendekatan dapat dijalankan secara beriringan melalui komunikasi efektif. Wali kelas perlu melakukan komunikasi secara jelas, terbuka, dan penuh empati guna menciptakan kepercayaan antarmurid walinya. Adapun caranya adalah

  • Mendengarkan secara aktif. Di sini wali kelas sebagai pendengar setiap tanpa ada maksud melakukan intimidasi sehingga membuat murid merasa didengar dan dihargai. Hal ini akan membantu proses pemulihan dengan mudah.

  • Berbicara dengan empati. Berbicara dengan hati akan mampu memahami perasaan murid baik bagi korban maupun bagi pelaku sehingga melalui dialog yang diterapkan dapat membangun kepercayaan.

  • Mediasi masalah. Dalam masalah bullying, komunikasi kedua belah pihak harus difasilitasi dengan baik dan penuh hati-hati agar dalam penanganan tidak menimbulkan masalah baru dan berkepanjangan.

Sinergi Wali Kelas dengan Segitiga Restitusi, Komunikasi Efektif, dan Coaching

Sinergi wali kelas dengan menerapkan segitiga restitusi, komunikasi efektif, dan coaching bisa menciptakan lingkungan kelas  yang aman dan inklusif. 

Kombinasi ketiganya saling melengkapi dalam membantu menciptakan proses pemulihan yang bermanfaat dan berdampak yakni melalui pendekatan restitusi yang bisa memungkinkan murid belajar dari kesalahannya, sedangkan komunikasi efektif membantu menciptakan suasana yang mendukung melalui dialog terbuka dan pemulihan.

 Sementara coaching bisa menguatkan kemampuan murid dalam menghadapi masalah dengan cara yang sehat, meningkatkan kesadaran diri, memotivasi murid menjadi bertanggung jawab, dan mengalihkan ke pengembangan potensi ke positif sesuai bakat dan minatnya.

Jika kombinasi pendekatan ini diterapkan maka wali kelas bisa menciptakan lingkungan kelas atau sekolah yang lebih inklusif, aman, nyaman, dan kondusif bagi pertumbuhan murid sehingga murid belajar tanpa ada rasa takut yang mengiringi. 

Dengan begitu, penanganan masalah bullying jangka pendek dapat terwujud dan dapat memberikan bekal bagi murid terus menguatkan karakternya agar menjadi pribadi yang lebih bijak, empati, dan mampu mengelola emosinya secara sehat sehingga masalah tidak berdampak.

Sumber modul penggerak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun