Lani menghela napas, mencoba menenangkan dirinya. Tapi pikiran lain kembali menghantuinya.
"Raditya," ia memulai lagi, "kadang aku merasa... kau hanya mencariku saat kau merasa sepi. Apakah aku benar-benar tempatmu berlabuh, atau hanya pelarian dari kesendirian?"
Pertanyaan itu membuat Raditya kembali terdiam. Ia mengenang malam-malam di mana ia mencari Lani, bukan hanya karena cinta, tetapi juga karena tidak tahan menghadapi sunyi. Namun, di saat yang sama, ia tahu bahwa cintanya kepada Lani bukan sekadar pengisi kekosongan.
"Lani," ia berkata pelan, "aku mengaku, ada kalanya aku membutuhkanmu lebih dari yang seharusnya. Tapi bukan karena aku takut sendiri. Aku memilihmu karena aku mencintaimu, meski kenyataan memisahkan kita."
Lani mengangguk perlahan, mencoba menerima penjelasan itu. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa cinta yang hanya hadir saat kesepian tidak cukup untuk membangun hubungan yang kokoh.
Lani menunduk, mencoba mengungkapkan ketakutan yang paling dalam di hatinya. "Aku tak bisa menyelami dalamnya hatimu, Raditya," katanya lirih. "Aku takut, kamu hanya mempermainkan perasaanku. Hanya untuk membuatku senang, tapi sebenarnya kamu sudah tak punya perasaan apa-apa padaku. Aku takut, rasa ini hanya aku yang rasakan."
Raditya merasakan beban dari kata-kata itu. Ia tahu, keraguan Lani adalah hasil dari ketidakpastian yang mereka jalani bersama.
"Lani," katanya lembut, "aku tak pernah bermaksud membuatmu merasa seperti itu. Aku mencintaimu, tapi aku juga tahu bahwa cinta ini adalah luka yang kita jalani bersama. Aku tak ingin menyakitimu, tapi aku juga tidak bisa memberimu kepastian yang kamu butuhkan."
Lani menatap Raditya dengan air mata yang mengalir. "Aku ingin percaya, Raditya. Tapi aku takut... jika aku terus berjalan seperti ini, aku hanya akan terluka."
Kejujuran menjadi satu-satunya jalan yang tersisa. Raditya akhirnya mengakui bahwa ia mencintai Lani, tetapi janji yang telah ia buat dengan pasangannya menjadi tembok yang tak bisa ia lewati.
"Lani," katanya, suaranya bergetar, "aku mencintaimu, tapi aku juga tahu aku tak bisa memilikimu. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku tidak pernah berpura-pura. Setiap momen bersamamu adalah nyata."