"Boleh... tapi aku tak mau setiap hari dibelikan roti! Biar Kay yang membeli sendiri makanan untuk Kay dan teman-teman!"
"Ok janji jari Kelingking"Â
2 jari kelingking terkait mengikat janji.
***
Setiap hari memperhatikan dan ikut berbaur dengan Kay dan sahabat-sahabatnya yang hidup di jalan dan tinggal di sebuah bangunan ala kadarnya berbahan bambu-bambu bekas berdinding spanduk-spanduk bekas. Menyaksikan kerja keras dan perjuangan hidup mereka, canda tawa mereka sebelum tidur, cara berbagi mereka baik makanan dan juga doa-doa.
Setiap malam merenungkan apa yang disaksikannya. Setiap kali itu pula air bening mengalir dalam setiap akhir ibadah dan doanya. Dinar akhirnya menyadari bahwa kebahagiaan tak hanya berupa materi yang berlimpah. Tuhan menunjukkan jalanNya melalui anak-anak yang begitu gigih mengarungi kehidupan, seperti Kayla.
Hingga setahun kemudian...
Pintu bangunan lapas terbuka. Seorang pria bertubuh tinggi, namun terlihat begitu kurus melangkah keluar. Langkah pertama yang disambut dengan teriakan kecil Kayla...
"Ayaaahhhh..."
Lelaki itu pun menyadari kehadiran puterinya. Dan segera berlari menghampiri dan memeluknya erat.
"Puteri Ayah sudah besar! Maafkan Ayah, Nak. Ayah berjanji akan menjagamu dan membelikanmu banyak hadiah nantinya!"
"Ayah... aku tak meminta hadiah apapun! Aku sudah lama membawakan Ayah "Satu Surga" dan sudah aku bawa kemanapun selama hampir 4 tahun ini!"