"Entahlah Win... jujur sebenarnya sudah hampir 20 tahun hal ini berlangsung... sejak aku memutuskan meninggalkannya dan merantau ke Jakarta ini... sejak itu tiada seorang pria pun yang menghampiri... jangankan menghampiri... baru melihat saja sudah buang muka... ehh... ahh sudahlah hehehe kok jadi aku yang curhat!"
Novi bangkit dari kursi meja rias dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Melihat itu Winda mengikuti gerakan Novi dan duduk bersila di atas kasur di sebelah tubuh Novi.
"Mbak Vi teringat seseorang ya?"
"Entahlah Win... aku meninggalkannya karena merasa bahwa aku bukan wanita yang baik untuknya... ahhh entahlah... sudah lama berlalu... mungkin ia sudah berkeluarga sekarang... entahlah."
Winda membuka handphonenya... sekilas bibirnya komat-kamit... membaca sebuah pesan...
"Aiihhh hehehe Mbak Vi aku tinggal dulu ya hehehe lima menit lagi aku di jemput mau di ajak makan dan nonton... mmuuaahhh jangan sedih Mbak... semangat... jika memang orang itu cinta sejatinya Mbak Vi... Mbak Vi harus mencari tahu kabarnya Mbak! Mmuuaahh daaahhhh" Winda mencium kening Novi 2 kali sebelum bangkit dan berlalu dari kamar Novi.
Sepeninggal Winda...
Novi kembali melamun... usianya yang hampir 40 tahun beberapa bulan lagi benar-benar membuatnya gundah... dan selama hampir 20 tahun tiada seorang pria pun yang memberikan perhatian pada dirinya... dan sosok Badai lah yang senantiasa hadir dalam pikiran, lamunan, dan bahkan mimpinya. Seolah kini ada perasaan menyesal yang penuh dengan kerinduan. Seperti kemarau panjang yang begitu merindukan hujan.
***
Seminggu... Novi masih bertahan...
Sebulan... masih juga bertahan...