Mohon tunggu...
Santuso
Santuso Mohon Tunggu... Guru - pendidik generasi khoiru ummah

Hai, salam kenal! Saya Santuso, seorang pemuda yang sedang belajar menjadi penulis, linguis, jurnalis, aktivis, dan pendidik Islam ideologis. Konten blog ini saya tulis untuk berbagi inspirasi, informasi, stori, dan nasihat islami. Bila bermanfaat, silakan disebarluaskan. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Galau? Kenali Hal Berikut untuk Mengatasinya

16 Juli 2020   11:37 Diperbarui: 16 Juli 2020   19:59 9041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Galau adalah suatu keadaan hati merasa cemas, bimbang, resah, gelisah, atau tidak tenang. Meskipun istilah ini lebih populer di kalangan remaja, kenyataannya galau bisa menimpa siapa saja, mulai anak-anak sampai orang tua. Lantas, mengapa galau bisa menimpa seseorang dan bagaimana cara mengatasinya? Tentu Islam adalah solusinya. Berikut penjelasannya.

Pada dasarnya, manusia memiliki 2 jenis kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu [1] kebutuhan jasmani (thaqatul hayawiyah) dan [2] kebutuhan naluri (gharizah). Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi karena berhubungan dengan kelangsungan hidup. 

Jika tidak dipenuhi, manusia akan musnah (mati). Contoh dari kebutuhan ini adalah makan, minum, istirahat, bernafas, dan lainnya. Adapun kebutuhan naluri adalah kebutuhan yang menjadikan hidup manusia berwarna. Kebutuhan ini tidak berhubungan dengan nyawa.

Nah, berdasarkan dua kebutuhan manusia ini, penyebab galau bukan karena tidak terpenuhinya kebutuhan jasmani. Sebab, orang galau biasanya berlangsung sampai berhari-hari, sedangkan kebutuhan jasmani (misal: makan dan minum) harus segera dipenuhi. 

Manusia kuat bisa bertahan dari tidak makan dan minum hanya sampai 3 hari saja. Maka dari itu, penyebab galau tentunya berasal dari tidak terpenuhinya kebutuhan naluri. Berikut fakta tentang kebutuhan naluri yang sekaligus menjadi solusi mengatasi galau.

1. Ada Tiga Macam Naluri

Setiap manusia memiliki kebutuhan naluri. Adapun kebutuhan naluri (gharizah) itu terdiri atas 3 macam, yaitu [a] naluri beragama (gharizatun tadayyun); [b] naluri mempertahankan eksistensi diri (gharizatun baqo'); dan [c] naluri kasih sayang dan mencintai (gharizatun nau'). Ketiga naluri ini memiliki keunikan masing-masing dalam cara pemenuhan kebutuhannya.

Naluri beragama adalah naluri yang dimiliki seseorang dalam bentuk meng-agungkan sesuatu. Setiap diri manusia pasti memiliki naluri ini, mulai dari manusia zaman Nabi Adam sampai zaman akhir. 

Bagaimana pun keadaannya, meski minim pengetahuan (primitif) sekali pun, manusia pasti memiliki rasa menganggap suci / hebat atau meng-agungkan sesuatu, entah itu pohon, patung, batu, tembok, atau benda lainnya. Tentunya sebagai seorang muslim, kita harus menyalurkan naluri ini dengan benar yaitu dengan menyembah Allah Subhanahu wa ta'ala, bukan kepada yang lain.

Naluri mempertahankan eksistensi diri adalah naluri manusia yang berupa usaha-usaha untuk bisa bertahan hidup dengan nyaman. Contoh dari naluri ini adalah rasa takut akan bahaya, keinginan menguasai, bekerja keras agar bisa mendapatkan kekayaan, dan sebagainya.

Naluri kasih sayang dan mencintai adalah naluri manusia yang berhubungan dengan perasaan hati dan seksualitas. Contoh dari naluri ini adalah rasa suka kepada lawan jenis, rasa sayang kepada orang tua, dan sebagainya.

2. Muncul karena Pengaruh Lingkungan

Kebutuhan jasmani muncul karena faktor dalam diri manusia. Misalnya, manusia butuh makan karena dia memang lapar, bukan karena melihat makanan. Sedangkan, kebutuhan naluri muncul karena faktor lingkungan.

>> Sebagai contoh dalam naluri pertama ialah meng-agungkan pohon besar. Ada manusia yang meng-keramatkan pohon besar karena dia menyaksikan pohon itu. Dia tidak akan melakukannya jika ia tidak pernah mengetahui atau melihatnya.

>> Sebagai contoh dalam naluri kedua ialah takut. Manusia akan merasakan takut karena ada faktor luar yang membuatnya takut, misalnya karena gelap, usai melihat film hantu, ada bencana, ada bahaya, dan sebagainya. Jika faktor pemicunya tidak ada, maka dia tidak akan merasa takut. Tidak mungkin orang merasa takut tanpa sebab.

>> Sebagai contoh dalam naluri ketiga ialah mencintai wanita. Manusia akan merasakan cinta kepada wanita karena dia melihat atau berinteraksi dengan wanita tersebut. Dia tidak akan timbul rasa cinta jika tidak pernah melihat atau berinteraksi dengan lawan jenis.

3. Tidak Harus Selalu Dipenuhi

Meskipun gharizah ini termasuk kebutuhan, namun tidak harus selalu dipenuhi seketika itu juga. Maksudnya tidak selalu urgen atau genting untuk segera dipenuhi. Sebab, naluri itu bisa ditahan dan tidak akan menyebabkan kematian. 

Oleh sebab itu, naluri bisa dipenuhi jika sudah tepat waktunya untuk memenuhinya. Hal ini berlaku untuk naluri mempertahankan eksistensi diri dan naluri kasih sayang dan mencintai. Sedangkan, pemenuhan naluri beragama yaitu beribadah kepada Allah bukan berarti tidak harus selalu dipenuhi, namun wajib untuk dilaksanakan karena hal tersebut merupakan perintah Allah.

4. Menyebabkan Kegalauan

Efek dari tidak dipenuhinya naluri ini adalah menyebabkan kegalauan. Adapun buktinya dari naluri beragama ialah sebagaimana yang terjadi di negara-negara maju. Kita bisa menelusuri fakta di negara-negara yang memiliki teknologi canggih, seperti Jepang. Angka bunuh diri di negara tersebut cukup tinggi. 

Mengapa bisa begitu? Mereka sejatinya galau sebab tidak bisa memenuhi naluri ini dan justru mengalihkannya dengan kesibukan pekerjaan yang tiada henti. 

Di samping itu, kita juga bisa menelusuri tingginya angka bunuh diri di negara-negara komunis yang tidak memfasilitasi rakyatnya menyalurkan naluri ini. Nah, penyebab galau sampai rela bunuh diri ini adalah tidak dipenuhinya naluri beragama.

Begitu pula efek dari tidak dipenuhinya naluri mempertahankan eksistensi diri itu adalah menyebabkan kegalauan. Misalnya, saat seseorang perlu uang untuk membeli kebutuhan hidup, maka dia harus bekerja. Namun, saat dia dipecat atau di-PHK atau belum mendapat pekerjaan, pada saat itulah manusia akan merasakan galau.

Naluri kasih sayang dan mencintai ini juga menyebabkan kegalauan jika tidak dipenuhi. Sebagai contoh, beberapa kawula muda akan galau saat mereka tidak bisa segera menikah atau karena putus pacar (ingat: pacaran itu HARAM ya!).

5. Bisa Dialihkan

Jika sedang tidak bisa dipenuhi dan agar tidak mengalami kegalauan, cara yang harus dilakukan ialah mengalihkan ke kebutuhan naluri yang lain. Maka dari itu, jika dalam diri kita muncul sebuah naluri namun pada saat tersebut tidak bisa atau tidak sanggup memenuhinya, maka carilah cara untuk mengalihkan ke naluri yang lain. Maksudnya adalah carilah kesibukan lain supaya tidak galau akibat tidak terpenuhinya naluri tadi. Adapun cara paling efektif ialah mengalihkan kepada naluri beragama.

Misalnya kebutuhan naluri mencintai lawan jenis bisa dialihkan ke naluri beragama. Saat seseorang mencintai lawan jenis, maka satu-satunya cara untuk men-solusinya adalah menikah (bukan justru pacaran). 

Namun, jika dia masih belum sanggup, maka naluri ini bisa dialihkan ke naluri beragama dengan banyak berpuasa (sebagaimana sabda Rasulullah Saw tentang perintah berpuasa bagi para bujang) supaya keinginan atau gairah seksualnya tidak bangkit. 

Di samping itu, bisa juga dengan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jika pemenuhan naluri beragama ini sudah maksimal, maka selanjutnya ialah memenuhi kebutuhan naluri lainnya dengan melakukan aktivitas-aktivitas positif lainnya.

Penutup

Nah, jika Anda sedang mengalami galau, langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah ketahui penyebabnya. Apakah karena tidak dipenuhinya naluri beragama atau naluri mempertahankan eksistensi diri atau naluri kasih sayang dan mencintai?

Jika sudah tahu penyebabnya, batasi diri dari melihat faktor luar yang memicu munculnya naluri itu.

Tanamkan persepsi bahwa naluri tersebut tidak harus dipenuhi seketika itu juga. Belajar bersabar!

Sambil menunggu saat yang tepat untuk memenuhinya, alihkan kepada naluri beragama dengan banyak beribadah mendekatkan diri kepada Allah serta alihkan kepada naluri lainnya untuk mencari kesibukan atau hal positif agar tidak galau.

Jika sudah waktunya mampu memenuhinya, maka penuhi segera. Tentu pemenuhan naluri ini harus berdasarkan ketentuan syariah Islam ya. Jangan sampai memenuhi naluri kepada jalur haram, seperti pacaran, mencuri, dan sebagainya.

Wallahu a'lam

Artikel ini juga dimuat di blog pribadi saya

https://mistertuso.blogspot.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun