Pemaparan sebagaimana dibahas dalam tulisan ini telah dilatihkan dalam bentuk materi ppt dan video berupa penyajian materi, diskusi dan demonstrasi dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Pengawas untuk dukungan Implementasi Kurikulum Merdeka yang berjumlah 19 pengawas dan 2 narasumber tambahan yang membina 30 satuan pendidikan (16 SD, 4 MI, 5 PAUD, dan 5 SMP) sasaran program INOVASI di Kabupaten Sumbawa dengan pelaksana program yaitu STKIP Paracendekia NW Sumbawa bekerjasama dengan Pemda Kabupaten Sumbawa (Dinas Dikbud dan BAPPEDA) dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumbawa pada tanggal 16 Februari 2023. Penguasaan materi oleh pengawas saat pretes adalah 60%, kemudian mengalami peningkatan setelah pelatihan yaitu mencapai 73,4%.Â
Berbekal penguasaan materi dan pengulangan materi ppt dan video, para pengawas kemudian melatihkan materi ini kepada pada guru dan kepala satpen pada rentang tanggal 8 hingga 15 Maret 2023 pada satpen binaan masing-masing, dengan total peserta mencapai 396 orang.Â
Penguasaan materi para peserta pada awal pelatihan berkisar pada 40% sampai dengan 56%. Penguasaan materi mereka mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatiahan yaitunpada kisaran 64% sampai dengan 70%. Dengan penguasaan seperti ini, para peserta diharapkan dapat melakukan pengulangan materi melalui ppt dan video yang telah disediakan atau dapat diakses pada laman YouTube STKIP Paracendekia NW Sumbawa.
Dalam pelatihan di atas, isu kesetaraan gender dan inklusi telah dipenuhi. Pertama, kesetaraan gender tampak dalam komposisi tim pelaksana, para pengawas, narasumber tambahan, kasatpen dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan program.Â
Tim pelaksana terdiri dari 3 perempuan dan 3 laki-laki. Pengawas terdiri dari 14 laki-laki dan 5 perempuan. Kasatpen terdiri dari 14 perempuan dan 15 laki-laki dan guru terdiri dari 254 perempuan dan 106 laki-laki. Jadi, total yang terlibat adalah 263 perempuan dan 124 laki-laki, total 417. Tataran pengawas didominasi oleh laki-laki, sementara tataran kepala satpen seimbang antara laki-laki dan perempuan, sementara tataran guru, jumlah perempuan mencapai 2,5 kali jumlah laki-laki.Â
Artinya, peran laki-laki dan perempuan memiliki keseimbangan walaupun tidak terdistribusi secara merata. Kedua, dari sisi inklusi, walaupun dari sisi peserta tidak ada yang masuk kategori disabilitas karena kegiatan ini baru pada tahap pendampingan berupa pelatihan pengawas, guru dan kepala satpen, isu inklusi mencakup pemilihan satuan pependidikan sasaran yang meliputi 80% berada di luar kota, yaitu daerah pedesaan, melewati pegunungan, pesisir dan pulau kecil, dengan transportasi yang sulit, jauh, dan beresiko, juga akses internet yang terbatas.Â
Di samping itu, secara demografis, beberapa satpen ini tidak hanya meliputi guru dengan latar belakang etnis orang Sumbawa, namun juga etnik non-Sumbawa. Beberapa satpen memiliki guru dengan latar belakang utama etnis Sasak (Lombok); sementara satu satpen memiliki siswa dengan latar belakang agama Islam dan Hindu yang seimbang. Para siswa pada sekolah dan madrasah sasaran sebagai target lanjutan kegiatan ini pada umumnya memiliki orang tua dengan latar belakang petani dan jaminan sosial dari Pemerintah, seperti Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat, sebagai penanda status ekonomi pra-sejahtera.
Oleh karena itu, dalam memaknai pengembangan pendidikan karakter berbasis budaya dan konteks lokal Sumbawa, para pengawas, kasatpen dan guru diberi ruang untuk menggali kekayaan budaya dan konteks lokal mereka masing-masing yang dipandang dapat mendukung implementasi pendidikan karakter dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kearifan budaya dan konteks lokal Sumbawa.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H