Tujuan orang Sumbawa yang ketiga adalah mencapai kehidupan "nyaman nyawe", yaitu keadaan ekonomi yang berkecukupan, pekerjaan yang layak, dan pemenuhan kebutuhan hidup sandang, pangan, dan papan yang memadai. Ketiga tujuan hidup orang Sumbawa tidak bisa berdiri sendiri, namun saling menopang, tak bisa dipisahkan.Â
Nah, pembaca yang budiman, falsafah hidup Orang Sumbawa sebagaimana dipaparkan di atas menghasilkan kearifan lokal Sumbawa, yaitu pengetahuan, nilai, dan praktik yang telah diteruskan dari generasi ke generasi dalam masyarakat Sumbawa.Â
Menurut pembaca, apa kira-kira wujud atau bentuk kearifan lokal Sumbawa. Untuk pembaca orang Sumbawa, tentu Anda dapat menyebutkan beberapa contoh. Anda dapat menuliskannya dan mendiskusikan dengan teman yang tertarik dengan topik ini.
Baik, setelah berpikir dan berdiskusi, penulis melanjutkan dengan membahas beberapa wujud atau bentuk kearifan lokal Sumbawa. Berdasarkan berbagai referensi, wujud kearifan lokal Sumbawa dapat dikelompokkan dalam 5 kategori.Â
Pertama, kearifan lokal yang berwujud peraturan di daerah, di antaranya Peraturan Daerah tentang Lembaga Adat Tana Samawa, Peraturan Bupati tentang Pendidikan Karakter, dan Peraturan Bupati tentang Muatan Lokal. Membaca isi peraturan-peraturan di daerah akan membawa pembaca pada pemahaman dan regulasi inti-inti nilai dan kekayaan budaya dan kearifan lokal Sumbawa. Â
Kedua, kearifan lokal berupa akumulasi nilai, praktik, tradisi, dan kebiasaan baik yang telah disusun sebagai panduan berdasarkan pengamatan dan analisis pengurus lembaga adat setelah melalui proses musyakarah atau forum pertemuan lima tahunan Lembaga Adat Tana Samawa.Â
Panduan tersebut diterbitkan dalam bentuk buku yang dipublikasikan dan dapat dibaca oleh seluruh kalangan sebagai referensi kebudayaan. Contoh, buku "Pasatotang: Boat Iwet Mate Telas Tau Samawa" (Pengingat: Perihal Pekerjaan Hidup dan Mati Orang Sumbawa" yang diterbitkan oleh Lembaga Adat Samawa Anorawi yang memuat puluhan pedoman hidup dalam interaksi sosial orang Sumbawa dari lahir sampai meninggal dilengkapi dengan kutipan ungkapan warisan lisan dan ayat Al-Qur'an atau Hadits Nabi yang melandasinya.Â
Ketiga, kearifan lokal Sumbawa yang berwujud pertunjukan, sastra, pustaka dan produk/karya khas Sumbawa. Kearifan lokal mencakup bahasa Sumbawa dengan elemen-elemen warisan lisan berupa lawas, peribahasa, dan lagu Sumbawa, juga kesenian khas seperti sakeco dan rebana, dan produk berupa makanan khas (sepat dan singang), pakaian khas (berbahan kre' alang), arsitektur Sumbawa, dan olahraga khas Sumbawa (karavan kerbau dan pacuan kuda).Â
Keempat, kearifan lokal yang mencerminkan kekayaan konteks lokal Sumbawa, meliputi aspek geografis dan demografis. Dari aspek geografis, sebagai kabupaten terluas di NTB, Sumbawa memiliki keunikan berbagai berbagai sisi geografis fisik, yaitu pegunungan, pantai, kepulauan, dataran rendah, semuanya menghasilkan cara-cara masyarakat berinteraksi dan bertahan hidup yang unik sesuai kehasan geografisnya.Â
Dari sisi demografis, sebagai daerah ramah pendatang, Sumbawa adalah miniatur Indonesia dengan penduduk berlatar belakang belasan bahkan puluhan etnik yang berbeda, walaupun ada yang beberapa yang menonjol yaitu Sasak, Bima, Jawa, Bali, Bugis, di samping etnik Samawa sebagai mayoritas tentunya.Â
Semua kebiasaan dan praktik positif yang menopang pendidikan karakter anak yang tumbuh dan diwariskan dalam konteks geografis fisik dan demografis merupakan bagian tak terpisahkan dari khasanah kearifan lokal orang Sumbawa.Â