Mohon tunggu...
stiven sanang
stiven sanang Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Suka main badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenakalan Remaja

27 Juni 2023   10:18 Diperbarui: 27 Juni 2023   10:20 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KATA PENGANTAR 

Dalam konteks pendidikan agama Kristen, kenakalan remaja menjadi perhatian khusus karena pendidikan agama memiliki peran penting dalam membentuk karakter, moralitas, dan nilai-nilai dalam kehidupan remaja. Pendidikan agama Kristen bertujuan untuk memberikan pemahaman yang baik tentang ajaran dan nilai-nilai agama, serta membantu remaja mengembangkan hubungan pribadi dengan Tuhan.

Dalam pengajaran agama Kristen, remaja diajarkan untuk menghormati nilai-nilai fundamental seperti kasih, kejujuran, integritas, kerendahan hati, dan rasa tanggung jawab. Tujuan dari pendidikan agama Kristen adalah untuk membantu remaja memahami konsep-konsep ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam interaksi sosial dan pengambilan keputusan.

GALATIA 5:22-23 mengatakan Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.Buah- buah roh harus tertanam di dalam setiap remaja agar hidupnya lebih baik kedepannya. 

Namun, sebagai umat Kristen, kita memiliki tanggung jawab untuk membantu remaja dalam menghadapi kenakalan mereka. Penting bagi kita untuk memberikan dukungan, panduan, dan pengajaran agama yang kuat kepada mereka. Dalam agama Kristen, kasih, pengampunan, dan teladan yang baik adalah nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi. Kita perlu mendampingi remaja dalam memahami dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut, sehingga mereka dapat mengatasi godaan dan tantangan yang ada di sekitar mereka.

Akhir kata, semoga kata pengantar ini dapat menjadi panggilan bagi kita semua untuk merangkul remaja dengan kasih dan memperkuat iman mereka dalam konteks agama Kristen.

HORMAT PENULIS

STIVEND CHARLES SANANG 

                                                                 BAB I

1.1 krisis identitas remaja

      Hubungan antara agama Kristen dan krisis identitas remaja dapat bervariasi tergantung pada individu, budaya, dan konteks sosial tertentu. Beberapa remaja Kristen mungkin menemukan dukungan, arah, dan makna dalam iman mereka selama masa krisis identitas. Di sisi lain, ada pula remaja Kristen yang mengalami konflik antara keyakinan agama mereka dengan pertanyaan-pertanyaan dan tantangan identitas yang kompleks yang timbul selama masa remaja.

Yeremia 29:11: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."

Ayat ini menekankan bahwa Tuhan memiliki rencana yang baik untuk hidup setiap orang, termasuk remaja. Ini dapat memberikan mereka keyakinan bahwa mereka tidak sendirian dalam perjalanan mencari identitas dan bahwa Tuhan memiliki rencana yang positif bagi masa depan mereka.

Mazmur 139:13-14: "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu, karena aku terbuat dengan ajaib; ajaiblah pekerjaan-Mu, ya jiwaku tahu itu."

Ayat ini mengajarkan bahwa setiap orang adalah ciptaan unik dari Tuhan. Hal ini dapat membantu remaja untuk menghargai dan menerima diri mereka sendiri, serta mengatasi perasaan tidak aman atau meragukan diri yang sering muncul selama krisis identitas.

Matius 16:24: "Kemudian Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: 'Jika ada orang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.'"

Ayat ini menekankan pentingnya mengikuti Yesus Kristus dengan menyangkal diri sendiri. Selama masa remaja, di mana banyak tekanan dan pengaruh sosial dapat memengaruhi identitas mereka, ayat ini mengajak remaja Kristen untuk menempatkan kehidupan mereka di bawah prinsip-prinsip iman Kristiani.

1.2 kontrol diri yang lemah

      Ada beberapa faktor yang dapat membuat kontrol diri seseorang menjadi lemah. Beberapa di antaranya meliputi:

Stres: Stres yang berkepanjangan atau tingkat stres yang tinggi dapat menguras energi mental dan emosional seseorang.

Kurangnya tidur: Kurang tidur atau tidur yang tidak berkualitas dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan emosional seseorang.

Lingkungan yang memicu: Lingkungan yang penuh dengan godaan atau tekanan dapat membuat kontrol diri menjadi lebih sulit.

Kurangnya pengaturan diri yang efektif: Jika seseorang tidak memiliki strategi yang efektif untuk mengatur diri mereka sendiri, seperti pengaturan waktu yang buruk atau kurangnya tujuan yang jelas, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mempertahankan kontrol diri.

Penyalahgunaan zat atau kecanduan: Penyalahgunaan alkohol, obat-obatan, atau kecanduan pada perilaku tertentu (seperti perjudian atau belanja berlebihan) dapat merusak kontrol diri seseorang.

Kondisi kesehatan mental: Beberapa kondisi kesehatan mental, seperti gangguan bipolar atau gangguan kecemasan, dapat mempengaruhi kontrol diri seseorang. 

Matius 16:24: "Kemudian Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: 'Jika ada orang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.'"

Ayat ini menekankan pentingnya mengikuti Yesus Kristus dengan menyangkal diri sendiri. Selama masa remaja, di mana banyak tekanan dan pengaruh sosial dapat memengaruhi identitas mereka, ayat ini mengajak remaja Kristen untuk menempatkan kehidupan mereka di bawah prinsip-prinsip iman Kristiani.

Roma 12:2: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna."

Ayat ini mengingatkan remaja Kristen bahwa mereka dipanggil untuk hidup yang berbeda dengan standar dan nilai-nilai dunia. Mereka diimbau untuk merenungkan dan mengubah pola pikir dan perilaku mereka agar sesuai dengan kehendak Allah.

1.3 kurang perhatian dan kasih sayang orang tua

      Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anak-anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Beberapa faktor tersebut antara lain:

Kesibukan orang tua: Jika orang tua sibuk dengan pekerjaan, tanggung jawab rumah tangga, atau aktivitas lain yang menghabiskan banyak waktu dan energi, mereka mungkin memiliki sedikit waktu dan perhatian yang tersisa untuk anak-anak mereka.

Tekanan sosial dan ekonomi: Jika orang tua menghadapi tekanan sosial atau tekanan ekonomi yang berat, mereka mungkin terlalu fokus pada masalah-masalah tersebut dan mengabaikan kebutuhan emosional anak-anak.

Kurangnya pemahaman tentang pentingnya perhatian dan kasih sayang: Beberapa orang tua mungkin tidak sepenuhnya menyadari pentingnya memberikan perhatian dan kasih sayang yang memadai kepada anak-anak mereka.

Masalah keluarga atau hubungan orang tua: Konflik, masalah pernikahan, atau masalah keluarga lainnya dapat menyebabkan orang tua kurang fokus pada anak-anak mereka.

Kurangnya pengetahuan atau keterampilan dalam mendidik anak: Beberapa orang tua mungkin menghadapi tantangan dalam hal mendidik anak-anak mereka.

Efesus 6:4: "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah menyebabkan anak-anakmu marah, tetapi didiklah mereka dalam didikan dan nasehat Tuhan."

Kolose 3:21: "Hai bapa-bapa, janganlah menyakitkan hati anak-anakmu, supaya mereka jangan menjadi tawanan hati."

Ayat-ayat ini menekankan pentingnya kasih sayang, didikan yang baik, dan penghormatan antara orang tua dan anak-anak. Kasih sayang, pengajaran, dan keteladanan yang benar dari orang tua adalah faktor penting dalam membentuk hubungan yang sehat dan harmonis antara orang tua dan anak-anak.

1.4 kurangnya pemahaman agama

      Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan remaja kurang memahami agama. Berikut beberapa kemungkinan faktor-faktor tersebut:

Kurangnya pendidikan agama: Mungkin remaja tidak mendapatkan pendidikan agama yang memadai di rumah atau sekolah.

Pengaruh lingkungan sekitar: Remaja dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar yang kurang mendukung dalam memahami agama.

Kurangnya minat dan motivasi: Remaja pada umumnya sedang dalam tahap eksplorasi identitas mereka. Mereka mungkin lebih fokus pada kegiatan sosial, akademik, atau hobi lainnya, dan kurang tertarik untuk mempelajari agama.

Teknologi dan media sosial: Penggunaan teknologi dan media sosial yang berlebihan dapat mengalihkan perhatian remaja dari agama.

Ketidakjelasan atau keraguan: Remaja dapat mengalami ketidakjelasan atau keraguan tentang keyakinan agama mereka sendiri. Mereka mungkin mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis tentang agama dan mencari jawaban yang memadai. Jika mereka tidak menemukan jawaban yang memuaskan atau tidak diberi ruang untuk mengajukan pertanyaan, mereka mungkin merasa kurang memahami agama secara mendalam.

Penting untuk dicatat bahwa faktor-faktor di atas bersifat umum dan setiap individu memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda. Beberapa remaja mungkin memahami agama dengan baik, sementara yang lain mungkin mengalami kesulitan atau ketidakpahaman. Penting bagi masyarakat dan keluarga untuk memberikan lingkungan yang mendukung dan mendorong pemahaman agama yang sehat pada remaja.

"Ajarlah seorang anak pada jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu." (Amsal 22:6) Makna dari ayat ini adalah pentingnya mendidik dan mengajar remaja tentang jalan hidup yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan sejak usia dini. Jika seorang remaja diberikan pemahaman yang baik tentang agama dan nilai-nilai yang benar, maka ia memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip tersebut saat dewasa. Ayat ini mengajak orang tua, guru, dan pemimpin agama untuk bertanggung jawab dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada remaja agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang memiliki pemahaman yang kuat tentang iman dan hidup yang saleh.

                                           KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

Kenakalan remaja dalam agama Kristen mencerminkan adanya ketidaksesuaian antara ajaran agama dan perilaku remaja.

Kenakalan remaja dapat mencakup tindakan seperti penggunaan narkoba, kekerasan, seks bebas, pencurian, atau penganiayaan yang bertentangan dengan nilai-nilai Kristen.

Faktor-faktor seperti tekanan teman sebaya, kurangnya pengawasan orang tua, dan kurangnya pemahaman tentang agama Kristen dapat menjadi penyebab utama kenakalan remaja dalam agama Kristen.

Saran:

Pendidikan agama yang kuat: Penting bagi gereja dan komunitas Kristen untuk memberikan pendidikan agama yang kuat kepada remaja. Hal ini meliputi pengajaran nilai-nilai Kristen, etika, dan kehidupan moral yang sejalan dengan ajaran agama.

Peran orang tua dan keluarga: Orang tua dan keluarga memiliki peran penting dalam mencegah kenakalan remaja. Mereka perlu memberikan pengawasan yang tepat, membimbing remaja dalam praktik agama, dan membangun hubungan yang sehat dengan anak-anak mereka.

Pembinaan dan mentoring: Gereja dan komunitas Kristen dapat menyediakan program pembinaan dan mentoring bagi remaja. Ini akan membantu remaja untuk memiliki role model yang baik, mendapatkan dukungan, dan memahami betapa pentingnya menjalani hidup yang sesuai dengan ajaran agama.

Komunitas yang inklusif: Penting untuk menciptakan komunitas Kristen yang inklusif dan ramah bagi remaja. Dengan memberikan ruang yang aman dan mendukung, remaja akan merasa lebih terlibat dalam kegiatan gereja dan memiliki kesempatan untuk membangun hubungan yang positif dengan orang lain yang memiliki nilai-nilai yang sama.

Keterlibatan sosial: Mendorong remaja untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan pelayanan masyarakat dapat membantu mereka merasa berkontribusi dan memiliki tujuan yang lebih besar dalam kehidupan mereka. Ini juga dapat memperkuat pemahaman mereka tentang nilai-nilai Kristen yang melibatkan pelayanan kepada sesama.

Mendengarkan dan memahami: Penting bagi orang dewasa dan pemimpin gereja untuk mendengarkan dan memahami perjuangan dan tantangan yang dihadapi remaja. Dengan membangun hubungan empati dan saling pengertian, mereka dapat membantu remaja mengatasi masalah yang mereka hadapi dan menemukan solusi yang sesuai.

Kesimpulan dan saran di atas bertujuan untuk membantu mengatasi kenakalan remaja dalam agama Kristen dengan cara yang konstruktif dan mendukung. Dalam hal ini, kerjasama antara gereja, keluarga, dan komunitas sangatlah penting untuk memberikan arahan dan pembinaan yang diperlukan kepada remaja agar mereka dapat mengembangkan kehidupan yang sejalan dengan ajaran agama Kristen.

                                                         DAFTAR PUSTAKA 

Sanang, Stivend Charles.2023. jln.sukun 1. Oepura-Maulafa: kenakalan Remaja Kota Kupang NTT 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun