Mereka yang menolak doktrin kerusakan total memakai argumen dari ucapan Yesus bahwa “barangsiapa ingin masuk ke dalam kerajaan surga, dia harus menjadi seperti anak kecil” (Mat. 18:3, 4). Kalau orang kecil dapat masuk surga, maka mereka pasti tidak berdosa, karena surga adalah tempat yang kudus. Dengan kata lain, bayi tidak mewarisi dosa asal.
Sanggahan ini dengan mudah dapat dipatahkan jika kita memperhatikan konteks ucapan Yesus dengan teliti. Apakah yang dimaksud “menjadi seperti anak kecil” adalah tidak berdosa sama sekali? Ternyata tidak. Menurut konteks, menjadi seperti anak kecil berarti merendahkan diri (Mat. 18:4). Tafsiran ini sesuai dengan latar belakang teks ini yang menjelaskan tentang perselisihan di antara para murid tentang siapa yang terbesar dalam kerajaan surga (Mat. 18:1). Hal ini juga sesuai dengan konteks kultural bangsa Yahudi yang menganggap anak kecil sebagai sesuatu yang tidak berharga (band. Luk. 9:48b).
Di samping kesalahan konteks seperti dijelaskan di atas, sanggahan ini didasarkan pada konsep teologis yang salah. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa yang masuk ke dalam surga adalah mereka yang sempurna dalam kekudusan. Elia diangkat Tuhan ke surga (2Raj. 2:11), walaupun dalam kehidupannya dia bahkan pernah putus asa dan ingin mati (1Raj. 19:4). Jika orang harus sempurna dalam kekudusan baru layak masuk ke surga, maka tidak akan ada orang yang dapat masuk ke surga, karena setiap manusia berdosa (1Yoh. 1:8). Jadi, ucapan Yesus “barangsiapa ingin masuk ke dalam kerajaan surga, dia harus menjadi seperti anak kecil” tidak mengindikasikan suatu keadaan tanpa dosa.
Alkitab mengajarkan bahwa iman adalah respons seseorang
Sebagian orang menolak doktrin kerusakan total dengan cara menunjukkan bahwa iman adalah pilihan manusia yang diperlukan dalam keselamatan (Yoh. 3:36; Rm. 1:16). Yosua menantang orang Israel untuk memilih menyembah TUHAN atau tidak (Yos. 24:15). Petrus menasehati orang banyak agar mereka memberi diri untuk diselamatkan (Kis. 2:40). Paulus menantang kepala penjara untuk percaya kepada Allah (Kis. 16:31). Mereka yang selamat adalah yang mengaku dengan mulut dan percaya dalam hati (Rm. 10:9-10). Semua ini dianggap mengajarkan adanya partisipasi manusia dalam bentuk beriman.
Sanggahan di atas tidak sepenuhnya salah. Alkitab memang mengajarkan bahwa manusia perlu beriman agar mereka diselamatkan. Doktrin kerusakan total tidak menyangkal pentingnya iman seseorang dalam keselamatan. Bagaimanapun, yang menjadi isu utama adalah kemampuan untuk beriman. Dari mana manusia memiliki kemampuan untuk beriman? Alkitab menjelaskan bahwa iman pun adalah pemberian Allah (Ef. 2:8-9), bahkan dalam proses selanjutnya orang percaya tetap membutuhkan anugerah Allah untuk menguatkan iman mereka (Luk. 17:5). Mereka yang beriman adalah mereka yang lebih dahulu mengalami pekerjaan Roh Kudus dalam hati mereka dalam bentuk kelahiran kembali (Kis. 16:14). Mereka harus menerima anugerah lebih dahulu (Yoh. 6:44, 65).
Doktrin kerusakan total menyebabkan Yesus berdosa
Bagi mereka yang menolak kerusakan total, doktrin ini dianggap sangat berbahaya bagi konsep kristologis. Jika semua manusia – termasuk bayi – memiliki status dan natur yang berdosa, maka Yesus pun pasti tidak akan bebas dari kondisi ini, karena Yesus adalah manusia sejati. Kalau semua manusia mewarisi dosa asal, maka Yesus sebagai manusia juga pasti berada dalam kondisi tersebut. Jika ini benar, maka Yesus tidak dapat menjadi Juruselamat karena hidup-Nya tidak sempurna.
Terhadap sanggahan ini kita perlu menyadari posisi Yesus sebagai kepala perjanjian yang baru. Dalam Roma 5:12-21 dan 1Korintus 15:21-22 Yesus disejajarkan dengan Adam dan disebut sebagai Adam terakhir. Kesejajaran ini mencakup posisi Yesus sebagai kepala perjanjian yang baru. Jika Dia adalah kepala perjanjian, maka Dia tidak boleh termasuk dalam kategori yang diwakili Adam (sebagai manusia yang tercemar oleh dosa). Dia harus menjadi manusia yang netral supaya Dia bisa menjadi kepala perjanjian yang baru. Alkitab memberikan penjelasan bahwa ketidakberdosaan Yesus ini berhubungan dengan karya Roh Kudus. Lukas 1:35 “Roh Kudus akan turun atasmu….sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus…”.
Sanggahan di atas juga didasarkan pada konsep kesejatian kemanusiaan Yesus yang salah. Untuk menjadi manusia yang sejati, Yesus tidak harus mewarisi dosa asal, sekalipun semua manusia kenyataannya mewarisi hal itu. Mengapa? Karena keberdosaan tidak termasuk dalam hakikat kemanusiaan. Ketika Allah menciptakan Adam dan Hawa, mereka tidak memiliki natur yang berdosa (band. Kej. 1:31), tetapi mereka benar-benar manusia sejati sama seperti kita.
Manfaat praktis dari doktrin kerusakan total