Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerusakan Total

14 Februari 2018   18:55 Diperbarui: 18 Agustus 2018   12:03 1552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua, Allah tetap memberikan anugerah umum kepada semua manusia. Allah menjaga mereka melalui hukum moral dan hati nurani (Rm. 2:14-16). Allah juga memakai hukum dan pemerintah untuk meminimalisasi kejahatan dalam dunia (Rm. 13:1-7). Dalam kasus-kasus tertentu Allah bahkan langsung intervensi dalam hati manusia, misalnya kebaikan Raja Koresh yang mengizinkan bangsa Yehuda pulang ke negeri mereka (2Taw. 36:22).

Sanggahan dan jawaban

Doktrin kerusakan total didukung oleh argumen biblikal yang cukup kuat. Walaupun demikian, hal ini tidak berarti bahwa doktrin ini diterima oleh semua orang. Sebagaimana dahulu pada abad ke-4 M bapa gereja Agustinus berdebat dengan Pelagius seputar topik kerusakan diri manusia, demikian pula sekarang doktrin ini tetap dipersoalkan oleh para teolog. Apa saja yang membuat mereka sulit menerima doktrin kerusakan total?

Peristiwa kejatuhan Adam ke dalam dosa bukanlah sebuah fakta historis

Beberapa teolog modern menolak doktrin kerusakan total dengan dasar bahwa peristiwa kejatuhan Adam ke dalam dosa (Kejadian 3) bukanlah sebuah peristiwa historis. Sanggahan seperti ini ternyata tidak hanya dipegang oleh para teolog liberal – misalnya Karl Barth, Emil Brunner, Rudolph Bultmann – tetapi juga oleh teolog Reformed, yaitu H. M. Kuitert, dosen di Free University of Amsterdam. Lebih jauh, pandangan seperti ini ternyata bukanlah hal yang baru. Baik Philo (penafsir Yahudi yang terkenal pada abad ke-1) maupun Origen (bapa gereja abad ke-3) dahulu sudah menolak historisitas Kejadian 3 dan menganggapnya hanya sebuah mitos.

Menurut mereka, kisah ini hanyalah sebuah gambaran atau metafora yang tidak sungguh-sungguh terjadi. Kisah ini hanyalah contoh atau gambaran tentang apa yang akan dialami semua orang, tetapi peristiwa kejatuhan itu sendiri tidak memiliki pengaruh negatif langsung bagi keberdosaan semua orang. Sebaliknya, kisah ini bermanfaat untuk mengajar manusia tentang universalitas dosa dan dengan demikian mereka disiapkan untuk memahami signifikansi penebusan Kristus. Pendeknya, kisah kejatuhan adalah sebuah fabel, legenda/mitos atau perumpamaan.

Implikasi dari pandangan seperti ini jelas sangat besar. Jika kejatuhan tersebut bukan peristiwa historis, maka doktrin dosa asal (kerusakan total) tidak dapat dipertahankan lagi, karena tidak ada kaitan apapun antara Adam dan semua manusia. Setiap manusia hanya berdosa di dalam dan bagi mereka sendiri. Yang ada ada adalah dosa aktual, bukan dosa asal.

Sanggahan di atas memiliki banyak kelemahan serius. Sebelum menyelidiki kelemahan dari sanggahan seperti ini, satu hal yang perlu dipahami adalah kesatuan cerita dalam Kejadian 1-3. Kejadian 3 tidak akan dapat dipahami tanpa mengetahui Kejadian 1-2 lebih dahulu, karena beberapa ide dalam kisah ini berasal dari kisah sebelumnya: ular adalah binatang darat yang diciptakan Allah (3:1; 1:24-25); godaan iblis melalui ular (3:1-5) berkaitan dengan perintah Allah sebelumnya (2:16-17); taman tempat manusia tinggal dan dicobai iblis adalah taman yang sama yang diciptakan Allah sebelumnya (2:8-14; 3:24). Berdasarkan kesatuan ini, jika satu kisah adalah mitos, maka kisah yang lain juga termasuk mitos. Demikian pula jika suatu kisah adalah peristiwa historis, maka kisah lain juga bersifat historis.

Sekarang mari kita menjawab sanggahan terhadap historisitas kisah kejatuhan. Pertama, cara penulisan Kejadian 1-3 menunjukkan bahwa kisah yang ada di dalamnya merupakan sebuah narasi historis (James Montgomery Boice, Genesis Vol. I, 123-124). Di Kejadian 2:8-14, penulis kitab Kejadian memberikan penjelasan geografis yang cukup detil tentang posisi Taman Eden. Dua sungai yang dicatat (Efrat dan Tigris) bahkan masih ada sampai sekarang. Seandainya Kejadian 1-3 bukan sebuah kisah historis, maka penjelasan seperti ini tidak diperlukan. 

Kedua, cara pemaparan kisah di Kejadian 1-3 tidak memenuhi karakteristik sebagai sebuah fabel, legenda/mitos maupun perumpamaan (E. J. Young, In the Beginning, 80-87; Boice, Genesis Vol. I, 157-161). Sebuah fabel memaparkan dunia binatang yang semuanya bisa berbicara, namun Perjanjian Lama maupun kitab Kejadian mencatat kemampuan ular dalam berbicara merupakan sesuatu yang khusus (kisah lain tentang binatang yang dapat berbicara hanya dicatat di Bil. 22:28-30). Kejadian 3 juga bukan sebuah legenda/mitos, karena tokoh yang ditampilkan (terutama Adam) muncul di kisah sebelum (Kej. 1-2) maupun sesudahnya (Kej. 4:1, 25; 5:1, 3, 4, 5). Jika Adam adalah tokoh mitos, bukankah itu berarti semua cerita yang melibatkan Adam hanyalah sebuah mitos? Lebih jauh, Adam dan Hawa ditampilkan sebagai nenek moyang banyak bangsa (Kej. 5:1-32; 11:10-32). Jika Adam bukan tokoh historis, bagaimana dengan semua keturunannya? Berikutnya, Kejadian 1-3 juga tidak bisa dikategorikan sebagai perumpamaan, karena perumpamaan biasanya mencantumkan pelajaran rohani di awal atau akhir perumpamaan, sedangkan Kejadian 3 tidak diikuti oleh pelajaran semacam itu. Selain itu, perumpamaan biasanya tidak menceritakan tokoh tertentu yang spesifik, sedangkan Kejadian 3 menampilkan Adam dan Hawa (keduanya adalah tokoh riil, lihat pembahasan berikutnya).

Ketiga, Alkitab memberikan beberapa indikasi bahwa Adam adalah tokoh historis. Dalam daftar silsilah di 1Tawarikh 1-9 maupun Lukas 3:23-38, Adam menempati urutan pertama (1Taw. 1:1; Luk. 3:38). Dari cara penulisan seperti ini terlihat bahwa Adam tidak dihasilkan dari proses peranakan, melainkan penciptaan (Anthony Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, 147). Dia adalah manusia pertama yang darinya semua manusia di bmi berasal. Hal ini sesuai dengan Kejadian 1-2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun