Andi kemudian memandang Ibunya. Ia tahu, membahas perihal Ayahnya adalah hal yang sensitif. Ayah Andi sudah meninggal karena sakit ketika ia masih di taman kanak-kanak. Oleh karena itu, Andi hanya punya sedikit kenangan tentang ayahnya. Salah satu yang ia ingat bahwa ayahnya adalah sosok yang menyenangkan
"Kau tahu, ayahmu punya hobi yang sama sepertimu. Ayahmu suka sekali merebahkan diri di kasurnya" Ibu tersenyum pada Andi
"Ibu, Andi minta maaf apabila ada salah" Andi sedikit menunduk
"Tidak 'Nak," Ibu mengacak rambut Andi pelan "Boleh Ibu cerita sedikit?"
"Boleh, Bu"
Ibu menerawang sedikit tingkah suaminya semasa hidup. Ayah Andi memang pribadi yang menyenangkan dan sepertinya hampir sebagian besar sifat juga ia wariskan kepada anaknya
"Dulu, di hari-hari terakhirnya. Ayah bilang kalau ayah menyesal karena ia merasa selalu merepotkan Ibu. Ia jarang mau ketika Ibu mengajaknya jalan-jalan karena ayahmu memang lebih suka menghabiskan waktunya di rumah, sambil rebahan tentunya" Ibu sedikit tercekat sebelum akhirnya melanjutkan
"Ayahmu bilang kalau ia benci karena ia seorang pemalas, tetapi saat itu memang waktunya tidak banyak"
Perasaan Andi berkecamuk saat itu juga. Rasanya ia menyesal. Mungkin saja, Andi terlalu menikmati waktunya sendirian sampai ia lupa bahwa Ibunya juga butuh waktu bersamanya
"Ibu... Andi minta maaf ya. Andi menyesal" Andi kemudian memeluk ibunya. Satu-satunya orang yang sekarang membesarkannya. Ibu langsung membalas pelukannya dengan hangat
"Tidak apa-apa Andi. Ibu tahu kamu memang masih dalam masa remaja dan Ibu mengerti. Tapi tolong jangan tinggalkan Ibu ya?"