Hari ini hari minggu. Waktu yang tepat bagi Andi untuk bermalas-malasan. Tunggu dulu, Andi memang seorang pemalas. Ia lebih suka menghabiskan kesehariannya di tempat tidur sambil bermain game jika tidak ada lagi tugas sekolah atau hal lain yang menuntutnya untuk pergi ke luar rumah.Â
Ibu sudah menggedor pintu Andi berkali-kali, berharap putra semata wayangnya itu lekas keluar dari kamarnya. Namun, sedari tadi Andi hanya berpura-pura tidur sebelum akhirnya Ibu kembali mengoceh
"Andi! Ini sudah jam sebelas. Tolonglah bantu Ibu membereskan rumah hari ini" Sahut Ibu Andi yang terdengar sedikit kesal
"Boleh nanti siang tidak, Bu? Aku masih mengantuk" Pinta Andi sedikit merajuk
"Tidak! Kamu selalu saja begini, banyak alasan. Cepat keluar kamarmu dan mandi. Sarapan saja sudah jadi dingin".
Andi sebenarnya adalah sosok yang cerdas. Tetapi, hal ini selalu tertutup dengan sikap malasnya. Ibu sedikit menyesal sekarang karena ia terlalu memanjakan Andi sejak ia masih kecil.Â
Namun, sesuai kata pepatah bahwa 'nasi telah menjadi bubur'. Walau Ibu telah berupaya untuk menjadi sedikit lebih tegas belakangan ini, watak Andi memang sulit diubah.
Tepat pukul dua belas siang, Andi baru saja berniat untuk sarapan. Seharusnya ini jam makan siang, tetapi sepertinya perhitungan waktu bagi Andi memang sedikit berbeda. Ibu sedikit terheran karena butuh waktu satu jam bagi Andi sejak ia bangun tidur hanya untuk mandi dan kemudian dilanjutkan dengan sarapan
"Kamu kenapa lama sekali sih? Ibu sudah menunggu agar kau bisa makan bersama Ibu" Nada bicara Ibu terdengar sedikit kesal
"Maaf bu, tadi ada teman yang mengajakku main game sebentar. Karena seru aku jadi keterusan"
"Ya sudah, kamu makan dulu sekarang. Setelah itu bantu Ibu ya"