Mohon tunggu...
Cerpen

Nista

15 September 2017   20:20 Diperbarui: 15 September 2017   20:24 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Orang-orang menyerukan nama Tuhan sambil bergerak melebur ke kediaman Asoe. Tak hanya para lelaki yang hendak melancarkan penyerbuan, tapi juga anak-anak dan perempuan yang menyaksikan rombongan berangkat. Semua orang mendukung. Sepanjang jalan, sesekali ada yang selawatan, menyanyikan tembang-tembang pembangkit semangat. Umbul-umbul bertorehkan 'ANTI KAFIR' mereka acung-acungkan. Begitulah cara mereka mengirim pesan pada setiap orang di jalanan. Dobrakan, teriakan, seretan, juga pukulan. Bak menyeret anjing, khayalak menggiring paksa Asoe yang belum sempat mengerti apa gerangan salahnya untuk dilemparkan ke tengah-tengah lingkaran masa dan diadili karena tertuduh berzina, karena terdakwa menistakan ajaran Tuhan. Siapa berani menentang?! Ini demi kepentingan agama, demi kepentingan Tuhan.

Tetapi mereka tak tahu, bahwa malam yang digembar-gemborkan seantero negri sesungguhnya ditiduri tanpa adanya seperser sentuhan. Malam berhujan di hotel tersebut, Asoe merelakan kasurnya bagi si gadis. Sementara Asoe memilih sofa sebagai alas bermalam, si gadis  menumpahkan asal muasalnya. Terima kasih katanya, sebab dirinya sedang kabur karena dizolimi lelaki beragama dan tak kuasa melawan karena dikutuk takdir. Takdir dirinya perempuan antah berantah dan mereka kaum beragama, takdir dirinya minor dan mereka mayor.

Demikianlah kebenaran. Namun mata hanya melihat apa yang ingin dilihatnya, telinga hanya mendengar apa yang ingin didengarnya, dan mulut hanya mengikuti kehendak mata dan telinga. Yah, sebenarnya tidak ada agama yang salah. Yang ada hanyalah manusia dengan pemahaman dan sumbunya nan  pendek, sehingga Bhineka Tunggal Ika menjelma menjadi bom waktu yang siap meletus kapan saja. Ke mana perginya Pancasila yang universal bagi seluruh rakyat? Dan bukankah lambang negara kita garuda, bukan naga atau unta?

Entahlah... mungkin burung garuda dijadikan peliharaan orang berharta?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun