Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Film

Pengakuan Sang Komandan Pasukan Perang: Tatapan Mata Korban, Penyesalan dan Wujud Pertobatan Sejati

14 Desember 2022   20:22 Diperbarui: 16 Desember 2022   22:44 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan Benjamin pun menarik pelatuk senjata laras panjang itu, namun diarahkan ke atas. Pas rajawali melintas, tapi itupun tidak dikenainya.

Lalu segera dipotongnya tali pengikat kedua tangan tawanannya itu, dan senjata pun dibuangnya ke tebing yang dalam.

Epilog film menyambung cerita pengakuan dosa dari pastor muda itu di atas.

Berdua duduk di atas altar alam di batu yang keras dengan udara dingin dan cakrawala yg ditutupi awan putih dan abu-abu.

Ben mengulangi kisah di kamar pengakuan itu.

"Jadi, ada seorang Pastor Italia. Dia mengaku dosa kepada teman pastor tua: 'Ampuni saya, Bapa, karena saya tlah berdosa. Dalam suatu perang saya menerima seorang gadis yang dikejar oleh tentara Nazi.'
'Baguslah anakku berbuat baik menolong orang yang susah.'
'Tapi masalahnya gadis itu mulai menyukaiku dan terus hidup bersamaku.'...
Sejenak pastor pengakuan dosa itu terdiam, lalu menasihati, 'Ya, perang membuat kita berdosa, jangan takut, anakku. Dosamu sudah diampuni!'
'Terimakasih, bapa, beban berat saya sudah lepas.' 

Pastor muda itu masih melanjutkan, tapi satu pertanyaan lagi: 'Bapa, apakah boleh saya terus bersamanya bila perang sudah berakhir?'"

Dan pertanyaan dibiarkan menganga untuk dipahami dan dijawabi sendiri oleh penonton.

Adegan paling akhir adalah Ben mengunjungi rumah anaknya, sambil membawa kado ukuran sedang berwarna biru diikat dengan tali warna krem glossy. Dia menatap rumah anaknya yang sudah menikah dan punya seorang bayi yang belum lama dibaptis.

Ben mengetuk pintu rumah, dan sesaat kemudian putranya membukakan pintu.

"Ayah, kau datang juga."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun