Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Film

Pengakuan Sang Komandan Pasukan Perang: Tatapan Mata Korban, Penyesalan dan Wujud Pertobatan Sejati

14 Desember 2022   20:22 Diperbarui: 16 Desember 2022   22:44 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***
Waktu terus berlalu dan jadwal undangan dari anaknya segera lewat, dan dia masih terperangkap oleh ancaman Covak.

Setelah berapa lama mengeringkan pakaian di tubuhnya, mengobati luka di betis yang kena pahanya. Ben mempersiapkan perkakas sederhana untuk menyerang balik, tak sudi menjadi korban perburuan Covak lagi. Dia mendekat terus ke arah rumahnya.

Handy talkie masih berfungsi dan percakapan saling menguji mental terus terjadi antara berdua yang sekarang saling berburu sendiri, bukan lagi bersama berburu rusa.

"Ben, katakan, aku mau kau mengaku dosa sekarang sebelum menjemput Penciptamu...Ungkapkan sepenuhnya apa saja dosamu itu."

Covak terus memburu dan Ben juga sudah siap melawan balik. Covak jelas makin tak sabar dan penasaran mengapa Benjamin tak mau tegas berterus terang saja, toh dia nampak menyesali masa lalunya itu.

"Aku tak bisa menanggung bebanku, Benjamin, sampai kau mengatakan mengapa engkau menembakku dan membiarkan aku menggenaskan di lapangan eksekusi itu?

"Kau percaya Tuhan, Covak?

"Ya tentu saja, Ben. Aku juga percaya Tuhan, ... sampai suatu hari saya pulang kampung dan melihat ada banyak orang berkumpul, dan aku lihat para tentara menyeret saudara perempuanku. Lebih menggenaskan lagi para lelaki, disirami bensin dan dibakar."

Covak mengerang dengan penuh kemarahan yang terkontrol, "Saya bertanya adakah Tuhan? Dimanakah Dia?! Ya, benar, Tuhan ada, dan Dia membiarkan kekejian ini terjadi. Karena manusia tak mungkin bisa membiarkan manusia melakukan hal paling keji ini, Ben!"

Covak mempertanyakan Tuhan macam apa yang tak maha kuasa, Tuhan macam apa yang tak maha kasih, tak bisa berbuat apa-apa. Format logika teknis matematisnya membuat Covak meyakini dan menyimpulkan bahwa Tuhan itu lemah dan sekaligus kejam.

"Nah sekarang Ben, sekarang katakan, apa alasanmu percaya Tuhan ada?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun