Mohon tunggu...
Sri Sutrianti
Sri Sutrianti Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA SMP

tertarik belajar menulis sebagai upaya ekspresif terapi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puspa Nista

26 Juni 2024   09:00 Diperbarui: 26 Juni 2024   09:04 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kenapa bu ?"

"Tidak tau nih! ko badan ibu lemas banget, dan kepala pusing!"

"Kita pulang aja, dan ibu bisa istirahat!"

"Tapi dagangan belum habis, gimana?"

"Besok lusa, kita masih jualan, ko bu!"

"Ya...udah kalau begitu!"

Kepalaku memang hampir tidak bisa dikontrol, dan dunia terasa berputar.  Dan tidak ada wajah yang terselesaikan, mereka hancur, tak terbentuk.  Dan dunia mulai gelap. Aku hampir ambruk, namun penyangga begitu kuat menahan tubuhku. Tangan anakku yang kuat memeluk pundakku. 

Sejenak aku menyandar di tembok, lalu duduk perlahan. Anakku tampak panik, dia menatapku begitu resah, dan melirik kesana kemari mencari pertolongan. Namun tak seorangpun yang peduli. Hari itu memang benar-benar panas menyengat.  Tidak hanya udara, namun tubuhku juga panas. 

Perlahan mataku terpejam, merasakan sakit kepala. Aku berusaha tidak panik pada rasa sakit itu, dan kucoba menikmatinya. Pelan-pelan mata kubuka, langit yang gelap perlahan bercahaya dan tampak biru pucat. Sementara disampingku, anakku masih menatap dengan resah. 

Namun yang membuat aku terkejut ada seorang perempuan tua berdiri disamping anakku, dia menatap begitu tajam.  Kulitnya yang putih terlihat kontras dengan suasana trotoar yang lusuh dan berdebu. Terdengar suara dari mulutnya.  Perlahan tapi membuatku berdebar hingga rasa sakit kepala hilang begitu saja.

"Anakku, sedang apa kau disini?" Sudah lama kami sekeluarga mencarimu. Tampak mata perempuan tua itu berkaca-kaca, dan tangannya bergetar meraba pundakku. Perasaanku bergemuruh laksana air terjun di tepi sungai. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanyalah air mata. Tak tertahankan jatuh perlahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun