Mak Ijah segera meletakkan  bungkusan berisi sarung buat Cecep dan membuka tubuh kecil yang telah terbujur kaku di balik kain kuning itu.
Demi yang dilihatnya, benar-benar Cecep anaknya, yang badannya sudah mneggelembung dan membiru, Mak Ijah menangis meraung-raung.
" Cecep..Cecep ini mak bawakan sarung buatmu, Nak. Kenapa kau diam, harusnya kau suka. Emak sudah berjanji akan membawakan kau sarung, Nak. Ini sarungnya.."
Mak Ijah terus meraung-raung walaupun bu RT dan tetangganya sudah menenangkannya. Dunia terasa beputar kepalanya ikut berputar-putar. Mak Ijah pun tidak sadarkan diri, karena sanggup  menerima kenyataan kehilangan anak laki-lakinya yang sangat disayanginya. Ternyata suaminya minta ditemani Cecep. Sarung itu kini menjadi pembungkus jenazah Cecep yang terakhir kali.
Kudus, 14 Mei 2020
Salam hangat,
Dinda Pertiwi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H