Trotoar
Jangan ditanya, trotoar kota bagus, keramik, tetapi kurang ramah disabilitas. Setiap ujung trotoar masing tinggi, tidak miring, untuk kursi roda jelas tidak bisa lewat, harus sedikit diangkat. Untungnya suami tidak suka selfie di trotoar kota.Â
Setiap ke luar kota, tidak bisa menikmati kota dengan jalan kaki, padahal saya suka jalan kaki di pagi hari. Jika terpaksa harus jalan kaki, terpaksa mendorong kursi roda, di pinggir jalan raya.Â
Gedung-gedung pun demikian, banyak yang masih bertangga, seperti bank, kantor pemerintahan, tidak ada akses kursi roda. Seperti ketika mendapat undangan ke salah satu media cetak di Madiun, dengan terpaksa saya minta bantuan petugas untuk angkat kursi roda tentunya ada suami yang duduk.
Tempat wisata
Kami selalu membuat agenda untuk liburan ke luar kota setiap tahunnya. Juga acara pameran minimal 8 kali dalam satu tahun di berbagai kota.Â
Selama ini yang paling sulit adalah akses di pantai. Kursi roda hanya bisa di tempat parkir, jika ingin ke pinggir pantai, tentu penuh perjuangan, mendorong kursi roda di atas pasir.
Kalau wisata ke luar negeri, banyak kemudahannya. Kesulitannya hanya dua saja, yaitu bahasa Inggris saya yang minim dan sangune kurang banyak. Hehehe... buka kartu.Â
Ini hanya sebagian kecil pengalaman pahit, tentunya selain kisah itu, ada juga cerita manis. Di mana kami sering mendapat perlakuan istimewa dari orang-orang yang istimewa tentunya.
Kita pun tidak bisa mengabaikan usaha pemerintah yang sedang dalam proses pembangunan. Semua memerlukan waktu panjang untuk sempurna.Â