Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Empat Cara Saya Mengatasi Kecemasan Ketika Orangtua Terpapar Covid-19

11 Juli 2021   08:02 Diperbarui: 13 Juli 2021   02:30 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecemasan akan terjadi pada setiap orang dengan level yang berbeda. Terkadang ada orang yang merasa cemas dengan hal-hal kecil, ada pula yang biasa saja. Orang yang biasa saja bukan berarti tidak cemas, tetapi dia mampu mengendalikan suasana hatinya.

Saya termasuk mudah terbawa suasana. Hal kecil mudah dipikirkan sehingga timbul kecemasan yang berlebih. Anak-anak terlambat pulang, langsung cemas. Kata jangan-jangan sering seliweran di kepala.

Jika kecemasan dibiarkan akan mengganggu kesehatan mental. Gangguan mental mulanya kita mengabaikan hal-hal kecil. Untuk mengatasi hal-hal remeh, saya berusaha berpikir positif.

Foto Ibu ketika di ruang isolasi/Foto dokumen pribadi
Foto Ibu ketika di ruang isolasi/Foto dokumen pribadi
Kisah Masa Pandemi

Masa pandemi, membuat semua orang cemas. Saya sebagai ibu tentu mencemaskan keluarga. Sebagai anak mencemaskan kesehatan ibu. Ketika Ibu terpapar Covid, kecemasan meningkat, apalagi dengan usianya yang sudah sepuh, imun tubuh berkurang.

Untuk mengurangi kecemasan saya menjaga Ibu walaupun setiap hari hanya melihat dari monitor dan kaca pembatas. Sesekali meminta perawat menyambungkan telepon ke telinga Ibu. Dengan anggukan kepala, saya tahu Ibu sadar.

Berada di ruang tunggu pasien ICU memang menjenuhkan. Setiap saat jantung akan berdetak lebih kencang tatkala perawat memanggil melalui sepiker.

Untuk mengurangi kecemasan selama berada di ruang tunggu ICU, saya melakukan beberapa hal :

1. Selalu berdoa

Melaksanakan ibadah wajib tentu jangan ditinggalkan walaupun kondisi kita sakit, cemas, sedih. Dengan banyak berdoa akan mengurangi kecemasan, meningkatkan kesabaran. Manusia hanya berikhtiar sesuai kemampuan. 

Jika terjadi sesuatu yang buruk, itu hanya opini manusia. Tuhan tahu mana yang terbaik bagi umat-Nya.

2. Menulis

Kecemasan adalah situasi diri yang tidak nyaman. Saya membutuhkan sarana untuk mengalihkan bahkan menghilangkannya. Salah satu sarananya adalah menulis. Dengan menulis saya memerangi emosi dan itu sangat sulit.

Namun, namanya berperang, harus ada perjuangan, "Start writing by invoking your higher self", ujar Stephen Parato, mengutip dari ruang menulis Pak Cah. 

Memulai menulis dari hal yang dirasakan. Tulisan itu sifatnya pribadi, tidak untuk dipublikasikan karena tulisan pada saat emosi tidak baik jika dibaca semua orang.

3. Meditasi

Saat mengalami kecemasan, mungkin sangat sulit untuk olahraga berat. Meditasi adalah olahraga pikiran yang cocok. 

Sebelum tidur atau pagi hari, saya melakukan meditasi dalam hening. Menarik napas pelan melalui hidung, keluarkan pelan dari mulut. Tangkap, kumpulkan perasaan negatif, lalu lepaskan, buang jauh-jauh.

4. Pertahankan Penggunaan Media Sosial Seminimal Mungkin

Media sosial sangat berpengaruh terhadap emosi. Terlalu sering menggunakan media sosial bisa menjadi tidak sehat bagi siapa pun.

Saya pernah merasa tidak nyaman, ketika tidak mendapat tanggapan baik dari seseorang, sementara orang lain mendapatkannya. Membandingkan dengan orang lain, itu sebenarnya sumber dari cemas. 

Ketika merasa tidak nyaman, saya mengalihkan pikiran, mungkin dia tidak membaca postingan saya. Dalam Islam istilahnya husnuzan, artinya berpikir positif.

Mengurangi bukan berarti harus menonaktifkan setiap platform media sosial, tetapi mengatur interaksi di media sosial dan saklek untuk mematuhinya.

Dengan melakukan hal-hal positif selama di ruang tunggu ICU secara tidak sadar saya mempersiapkan diri menghadapi hal-hal buruk, yakni Ibu meninggal dunia. Di sini

Cara mengatasi kecemasan setiap orang akan berbeda. Misalnya Suami, ketika merasa cemas, dia akan bercerita. 

Saya pun tidak akan memberi solusi untuk menulis karena dia tidak suka. Mungkin akan memberi solusi untuk jalan-jalan bersama anak-anak atau memperbanyak berdoa.

Salam sehat, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun