Hari pernikahan, sekolah memutuskan, anak-anak pulang lebih cepat, supaya bisa menghadiri dan menjadi saksi atas pernikahanku saat itu.
Hingga saat ini aku tidak pernah minder bersanding dengan seorang difabel. Tak jarang di depan publik kami tidak disapa oleh orang yang kami kenal. Kami maklumi, mereka malu. Akan tetapi kami juga sering disapa oleh orang tak dikenal.
Minderkah ketika mengajak anak-anak ke ruang publik bersama ayahnya yang difabel? Tidak.
Seandainya kami minder, kami akan mengurung diri di rumah. Hal ini tidak aku ajarkan kepada anak-anak, suami. Kami tidak pernah memaksa orang lain menerima kami.
Mereka memiliki hak untuk tertarik dengan kisah hidup kami, tapi tidak memiliki kewajiban peduli dan mencintai kami.
Lengkapnya ada di buku "Kalau Berbeda, Lalu Kenapa?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H