"Enggak -- enggak, tadi aku cuma bercanda kok. Lagian kamu kenapa sendirian ke Jakarta? Harusnya kamu minta didampingi supaya lebih safety, apalagi kamu perempuan dan kesempatan itu pertama kalinya kamu ke Jakarta. Kamu belum tahu gimana kerasnya hidup di kota metropolitan?".
"Iya, aku salah, aku enggak tau apa yang harus kulakuin? Nah mungkin ketika aku bingung itu, para copet itu memanfaatkan kesempatan itu".
"Memang orang yang kamu cari itu tinggal dimana?".
"Aku juga enggak tahu dimana keberadaannya".
"Boleh aku lihat fotonya?".
"Nah itu dia, aku ke Jakarta cuma modal nekad. Foto dan keberadaanya pun aku enggak tahu dimana?".
"Hahh? Kamu enggak tahu orangnya gimana dan tinggal dimana? Gimana kamu mau nyari dia?".
"Iya, itu salahku. Aku terlalu berambisi untuk mempertemukan orang itu dengan orang paling kusayangi selama ini tanpa memikirkan resiko yang harus kuhadapi. Ibarat aku berjalan, aku berjalan untuk mencapai tujuanku tanpa adanya pedoman dan petunjuk".
"Nah itu kamu tahu, tapi ya udahlah, jadikan itu semua pelajaran untuk kita. Kita enggak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa depan kalo kita takut untuk melangkah. Kalo aku boleh tahu, seberapa berarti orang itu untuk kamu, sampe kamu benar -- benar berambisi seperti itu?".
"Mereka adalah orang yang paling berharga dalam hidupku. Meskipun aku baru mengenal mereka beberapa tahun yang lalu".
"Kamu memang wanita yang baik, kamu rela mengorbankan segala kepentingan kamu untuk orang yang kamu sayang. Aku salut sama kamu, Mereka adalah orang yang paling beruntung didunia ini".