Saya memang berencana membuat video tutorial Bubur Ayam Iwak Rowo. Biar banyak orang tahu bagaimana resep, bumbu, bahan dan cara mengolahnya. Siapa saja boleh meniru dan memodifikasi. Asalkan jangan berjualan di Salatiga.
Namun karena kendala alat, hingga saat ini rencana itu belum terwujud. Padahal apa dan bagaimananya sudah ada di kepala saya.Â
Salah seorang pelanggan, sebut saja Bu Ani, merasa tertarik dan mau mencoba ramuan saya. Beliau dan suami punya usaha jualan susu segar, tinggalnya di kota sebelah. Kami bersepakat saling berbagi ilmu. Saya akan mengunjungi rumah beliau.Â
Sebelum berangkat saya sudah memberi informasi bahan bahan yang perlu disiapkan. Tujuannya agar beliau langsung paham dan praktek memasak waktunya menjadi lebih singkat. Asal tahu saja memasak bubur ayam memakan waktu hampir dua jam.Â
Sesampai di kota sebelah semua bahan sudah disiapkan. Saya lalu menuntun langkah 'murid' saya untuk memulai memasak.
Ternyata ada beberapa hal yang saya rasakan berbeda saat mengajari beliau. Saya berpikir mungkin inilah yang membuat mengapa hasil praktek masakan beda dengan yang biasanya saya lakukan.Â
Berikut perbedaanya.Â
1. Beda alat beda proses.Â
Di warung, saya memakai wajan, panci model biasa yang dijual dipasar. Kompor yang saya pakai adalah kompor bertekan tinggi. Saya menyebutnya kompor wooss karena jika apinya besar akan mengeluarkan suata wooss.Â
Di rumah Bu Ani peralatan yang dipakai kelas mahal. Semuanya serba teflon tebal. Kompornya juga model baru, lain dengan yang saya punya.Â
Tak disangka justru alat mahal itu sedikit menyulitkan kami. Proses memasak menjadi lebih lama dan hasilnya cukup beda.Â