Saya bisa selalu berdekatan dengan anak yang se-usia cucu. Tiap hari saya masih bisa memeluknya baik ketika tidur atau sedang bersantai.Â
Karena saya senang memeluk, maka saya puas puaskan betul mendekap anak. Saya elus rambutnya, cium bau keringatnya yang khas anak anak.Â
Ada perasaan sayang dan gemas. Saking gemasnya, kadang saya guncang guncang tubuhnya atau mengusap usap kepalanya agak keras. Suka memeluk berlaku untuk si bungsu yang laki laki.Â
Saya setiap hari melakukan hal diatas. Momen itu juga kami gunakan saling bercerita. Kami bercerita apa saja.Â
Si bungsu senang memperlihatkan game yang dimainkannya di smartphone dan video lucu yang dia tonton. Dia juga sering menceritakan teman teman sekolahnya.Â
Anak sulung yang cewek sudah menginjak remaja. Dia sudah punya dunia sendiri. Jika dulu anak cewek ini masih sering ikut kumpul diruang tamu, sekarang sudah jarang. Selain sibuk dengan sekolahnya, dia juga lebih suka berkumpul dengan para bestienya. Makanya dia tidak pernah saya peluk lagi tetapi hanya mengusap rambutnya.Â
Sebagai gantinya saya senang menggoda dia soal apa saja. Kadang hobi, kadang pertemanan lebih sering ke penampilannya yang mulai remaja banget.Â
Saya tidak terlalu kuatir dengan polah tingkahnya. Kami sudah banyak berbincang soal dia dan kehidupannya.Â
Kedua anak kami memang dibiasakan bercerita. Hal ini memudahkan saya dan istri mengetahui kejadian yang mereka alami. Dari situlah kami bisa membekali banyak hal agar kehidupan kedua anak kami berjalan baik.Â
Mumpung kedua anak masih tinggal bersama, saya menikmati betul kebersamaan ini.Â
- 2. Bekal berkeluarga sudah cukup.Â
Kata orang; menjadi orang tua itu tidak ada sekolahnya. Saya setengah setuju dengan anggapan tersebut.Â