Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nemu Duit

1 Desember 2021   10:10 Diperbarui: 1 Desember 2021   10:30 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Nemu Duit / Dokpri

Edit

Hati hati jika nemu duit atau barang berharga di jalan. Barangkali itu ujian dari Tuhan seberapa kuat imanmu menahan godaan. 

Anda pernah nemu duit atau barang berharga? 

Tindakan apa yang kemudian Anda lakukan? 

Membiarkan? mengembalikan? Atau nikmati saja, toh tak ada yang tahu... 

Sebagai orang yang suka keluyuran, nemu uang sering saya alami, nemu dompet pernah dua kali dan nemu gawai pernah satu kali. 

Saya nemu uang seringnya saat berkendara dijalan. Tiba tiba saja mata ini melihat lembaran uang yang lagi terbang atau tergeletak dipinggir jalan. Nominalnya belum pernah besar, 2000-an sampai 50.000-an.

Pas melihat uang itu biasanya saya langsung berhenti dan mengambilnya. Kecuali jalannya sedang ngebut, uang itu saya biarkan saja atau saya beritahu orang lain untuk mengambilnya. 

Lalu saya apakan uang itu?

Nah, ini barangkali bisa jadi inspirasi. 

Jika nominalnya lumayan, misal 50 ribu, uang tersebut akan saya tukar 10 ribuan atau 5 ribuan kemudian saya bagi bagikan. 

Tidak ke pengemis tetapi saya selalu membagikannya ke tukang becak atau tukang sampah. Tukang becak dan tukang sampah pasti penghasilannya kecil. 

Beda dengan pengemis. 

Beberapa pengemis ditempat saya dapat 50 ribu sehari masih bilang hari itu sepi. Pengemis jaman sekarang jadi profesi yang lumayan. Sudah banyak terjadi di DKI, pengemis tertangkap satpol PP bawa duit jutaan. Makanya saya tidak pernah memberi uang ke pengemis, ada banyak orang lain yang membutuhkanya. 

Mengapa saya tidak pernah menyimpan uangnya? 

Saya trauma dengan masa lalu.

Pernah membelanjakan uang yang saya temu, beberapa hari kemudian malahan kehilangan uang yang lebih banyak. Kejadian itu tak hanya sekali, tetapi beberapa kali. 

Mungkin hal itu hanya sugesti atau kebetulan saja. Tetapi kejadian itu akhirnya menyadarkan saya, jika mengambil sesuatu yang bukan hak-nya, akan ada karma kerugian yang lebih besar. 

Maka sejak saat itu saya putuskan, jika nemu uang saya akan berikan kepada tukang becak atau tukang sampah saja. Selain tidak mengambil hak orang lain, saya bisa memberi sedikit kegembiraan kepada para fakir penghasilan.

Bagaimana dengan nemu dompet dan gawainya? 

Saya pernah nemu dompet 2 kali ditoilet sebuah restoran, tempat mampir bus Eka di Ngawi. Setelah dilihat isinya, dompet itu saya titipkan kepada pegawai di sana. Tetapi saya memastikan dulu bahwa dompet itu akan dikembalikan utuh ke pemiliknya. 

Demikian pula saat nemu gawai di sebuah halte Trans Semarang (BRT) di Semarang.  Karena gawai tidak bisa dibuka, barang itu di foto kemudian saya berikan kepada petugas BRT untuk disebarkan melalui medsos mereka. 

Apakah tidak rugi mengembalikan barang barang tersebut? 

Percayalah teman, apa yang kita tabur pasti kita tuai. 

Dompet saya pernah hilang selama 8 bulan di kantor lama. Ajaibnya, 2 bulan sebelum saya resign, dompet itu ketemu diatap rumah. Mungkin dulu waktu saya nongkrong disana, tak sadar dompetnya jatuh. 

Gawai saya juga pernah hilang dua kali. Saat berkendara barang itu terlempar dari saku jaket. 

Betapa bingungnya saya saat itu. Banyak data dan dokumentasi keluarga yang penting ada di dalamnya. Akun ojol saya juga ada di gawai tersebut. 

Saya lebih baik kehilangan dompet daripada gawai. KTP, SIM, STNK bisa diurus lagi, tetapi dokumentasi kan susah dicari. Tidak mungkin saya pergi time travel ke masa lalu untuk membuat dokumentasi yang sama lagi. 

Untungnya.. 

Sekali lagi untungnya.. 

Begitu gawai saya hubungi lewat gawai istri, panggilannya langsung diterima. 

Yang nemu adalah seorang Bapak penjual nasi di sebuah warung. Beberapa kali  saya pernah makan diwarung itu. 

Kami langsung janjian ketemuan. Begitu bertemu, tanpa banyak pertanyaan gawai langsung diserahkan kepada saya. Bapak itu mengenali saya dan tahu profesi saya sebagai tukang ojol.  Beliau menemukan gawai saya di jalan karena ada orderan masuk dan gawainya berbunyi. 

Saya ingin  memberikan imbalan sebagai tanda terima kasih tetapi Bapak itu menolak. Akhirnya saya jadi sering singgah ke warung itu untuk makan atau sekedar ngobrol saja. 

Ketika gawai saya hilang untuk kedua kalinya, yang menemukan adalah dua anak muda. 

Waktu itu hari sudah malam, begitu gawai tidak ada, saya secepatnya menghubungi via gawai lain dan langsung diterima. 

Kami juga janjian di sebuah tempat. Setelah kami bertemu, gawai langsung diserahkan kepada saya. Awalnya  mereka tidak mau saya beri imbalan. Tetapi karena saya paksa, akhirnya sejumlah rupiah ala kadarnya mereka terima juga. 

Saya sedikit memaksa karena biasanya anak muda yang nemu gawai langsung dimiliki saja. Apalagi waktu itu gawai saya terbilang baru dengan harga 2 jutaan. Bila ada anak muda yang masih mau mengembalikan, hal itu termasuk kejadian yang langka. 

Melihat kejadian kejadian diatas mungkin orang orang yang menemukan adalah mereka yang punya karakter baik. Tetapi saya yakin, pasti ada campur tangan Yang Kuasa didalamnya. 

Kembali ke nemu uang. 

Jika saya nemu uang 1 milyar gimana? 

Saya pernah mengandaikan kejadian itu juga. 

Mula mula saya bingung menjawabnya, tetapi akhirnya ketemu win win solution jika saya benar benar nemu uang 1 milyar. 

Lapor dan serahkan polisi.. 

Uang 1 milyar pasti ada yang punya entah itu uang halal atau haram. 

Ternyata ada ketentuan di kepolisian bahwa jika ada barang berharga ditemukan oleh warga dan diserahkan ke mereka, pihak kepolisian akan mengumumkan kepada masyarakat. 

Setelah waktu tertentu tidak ada yang mengambil barang berharga tersebut, maka si penemu akan mendapatkan bagian dengan jumlah/prosentase tertentu. 

Saya tidak tahu aturan persisnya karena hanya diberitahu oleh teman saya yang berprofesi polisi. 

Kita beruntung jika tidak ada yang mau mengakui barang berharga penemuan kita. Kalau kemudian kita dapat bagian, hal itu sudah bisa disebut sah karena sesudah sesuai ketentuannya. 

Namun, jika ada yang mengambil karena memang miliknya, kita juga tetap dapat bagian. Bagian itu yang  memberi bukan manusia tetapi justru berposisi lebih tinggi yaitu dari Yang Kuasa. Tuhan tidak akan lupa semua perbuatan baik yang kita lakukan. 

Cerita ini bukan hanya berdasar dari pengalaman saya saja. Tetapi diperkuat pengalaman teman teman lain yang ketika berbuat jujur, mereka mendapatkan balasan baik setara bahkan lebih besar. 

Oleh sebab itu berhati hatilah jika menemukan uang atau barang berharga. Ada mata Tuhan yang sedang melihat perbuatan kita. 

Nah, ada penemuan sesuatu di jalan yang tidak akan saya berikan kepada siapapun juga. Penemuan itu harus saya pertahankan mati matian seumur hidup. 

Sesuatu itu adalah nemu jodoh... 

Salatiga 301121.66

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun