Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyapa Itu Sehat

4 November 2021   09:23 Diperbarui: 4 November 2021   09:27 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menyapa/VectorStock.com

"Hai Nay.. Hai Rahma.. Hai April.. Sapaan itu saya berikan untuk sahabat anak perempuan yang sering main kerumah. Mereka berumur 8 -9 tahunan. 

" To Vito.. Put.. Oioioioio" 

Kalau yang ini sapaan yang saya berikan kepada teman laki lakinya. Nama aslinya Vito, Putra dan Yulio. 

Mereka semua adalah anak anak tetangga satu kampung kami. 

Setiap kali bertemu di gang kampung, saya memang selalu menyapa mereka. 

Awalnya mereka kaget dan acuh, tidak biasanya orang tua menyapa anak anak. Mungkin mereka pikir saya sok akrab. Apalagi kami keluarga pendatang yang belum lama tinggal di kampung mereka. 

Namun karena setiap kali bertemu saya selalu menyapa, anak anak tersebut akhirnya merespon. 

"Om.. Pakdhe.. " Itu dua sapaan yang mereka berikan. 

Sekarang malahan kami saling mendahului menyapa. Terkadang saya duluan, tapi tak jarang dari jauh anak itu sudah berteriak, 

"Oooomm.. "

Saya memang senang menyapa. Tak hanya saya lakukan kepada orang kampung dan orang yang saya kenal, tetapi kepada siapa saja yang terlihat perlu disapa, termasuk anak anak. 

Kebiasaan menyapa sekarang sudah semakin hilang terutama di kalangan anak muda. Tak banyak yang mau menyapa kala berpapasan. Anak muda lebih sibuk dengan gawai dan teman temannya. 

Hal itu menjadi kegelisahan saya dan banyak orang tua lain. Keramahan dan adab sopan santun mulai menghilang. Sikap individualis mulai 'menyapa' anak anak kita. 

Oleh sebab itu saya sudah lama menyapa anak anak dan orang yang lebih muda. Tidak hanya menyapa tetapi juga juga membungkukkan badan sambil berkata "permisi" bila lewat didepan mereka. 

Response anak anak itu berbeda beda. Ada yang acuh dan tetap sibuk menatap gawai atau ngobrol, ada pula yang merubah posisi memandang saya dan berkata "Yaa.." Sembari menganggukan kepala. 

Saya tidak terlalu memikirkan tanggapan dari orang yang saya sapa. 

Bila ada yang merespon balik dengan sopan sudah pasti menggembirakan hati. Tetapi jika mereka cuek cuek saja juga tidak membuat saya menjadi sedih dan kecewa.

Toh menyapa itu perbuatan baik yang tidak merlukan biaya alias gratis. 

Saya pernah mempunyai pengalaman menyapa orang tua tetapi beliau cuek saja. Selama berbulan bulan sapaan saya tidak ditanggapi. Awalnya merasa kheki, tetapi saya terus menyapa. 

Lama kelamaan beliau lumer juga. Sapaan saya mulai ditanggapi walau hanya dengan anggukan kepala. Tak apa, saya sudah berusaha. Apapun responnya, saya harus tetap menerima. 

Yang penting saya sudah memberi contoh. Kelak mereka akan mengerti, menyapa dan bersikap sopan sangat penting dalam bersosialisasi. 

Saat masih anak anak, saya tidak ingat apakah orang tua mengajari untuk menyapa orang lain. Tetapi saya melihat mereka selalu menyapa orang orang yang dikenal. 

Tidak hanya orang tua saya, tetapi kakek nenek, paman bibi dan para tetangga juga saling menyapa.

Itu membuktikan bahwa anak anak akan cenderung mencontoh sikap perilaku dan perkataan orang lain yang sering mereka lihat. 

Memberi contoh lebih 'masuk' kepada anak anak daripada perintah atau ajakan. 

Saya sangat senang jika disapa orang, apalagi oleh anak anak. Tidak saja merasa diperhatikan, sapaan mereka terasa lebih tulus. 

Pujian "Kamu sopan sekali.. Kamu hebat.. Josss.." Sering saya lontarkan sambil mengacungkan jempol. 

Hal itu bukan berarti sapaan anak muda dan orang tua hanya basa basi saja. Terkadang karena sudah terbiasa, respon kita juga biasa saja. 

Saya amati anak anak dan anak muda yang menyapa biasanya berasal dari kelompok tertentu. Mereka yang bersekolah di yayasan keagamaan lebih sering memberi sapaan dan cium tangan. 

Pun mereka yang mempunyai komunitas sendiri. Entah keagamaan atau kelompok lain. Jika sapaan sudah menjadi kewajiban antar anggota kelompok, maka mereka juga akan melakukan kebiasaan itu kepada orang lain. 

Hal itu sebagai bukti bahwa contoh dan pendidikan memang sangat berpengaruh terhadap adab sopan santun. 

Dalam dunia ojol, menyapa seperti sebuah kewajiban. Bila kami bertemu dengan teman teman di base camp, resto atau toko, salaman dan sapaan khas para ojol selalu dilakukan. 

Kebiasaan menyapa itu juga kami berikan saat bertemu dijalan. Tentunya tidak bersalaman tetapi cukup dilakukan dengan saling membunyikan klakson atau menganggukkan kepala. Apapun cara menyapanya, membuat kebersamaan dan persaudaraan kami semakin kuat. 

Setelah sekian lama berkutat dalam dunia sapa menyapa, saya banyak menemukan banyak hal positif dari kebiasaan baik itu. 

1. Menyapa tanda persahabatan dan persaudaraan. 

2. Saling menyapa berarti saling menghormati.  

Sederajat atau tidak, bila saling menyapa, berarti ada penghormatan yang diberikan kepada lawan sapaanya. Apalagi bagi orang yang merasa kebih rendah derajat pangkatnya, mereka akan merasa tersanjung. 

3. Menyapa adalah toleransi.  

Saya dan banyak orang lain menyapa kepada siapa saja. Beda agama, ras, gender, status, pendidikan dll tidak menghalangi kami untuk saling menyapa. Itu adalah wujud toleransi yang memandang bahwa semua manusia sama sama ciptaanNya. 

4. Menyapa wujud dari perdamaian. 

Sering kita mendengar kalimat 'mereka tidak saling bertegur sapa karena ada perselisihan', ini berarti jika saling menyapa berarti kita tidak ada perselisihan. Ada perdamaian diantara kita. 

5. Menyapa itu sehat. 

Otot diwajah kita akan aktif bergerak saat berbicara, tersenyum, apalagi tertawa. Jika otot banyak bergerak, itu seperti halnya kita berolah raga. Kulit wajah tidak cepat kendur dan bisa terlihat awet muda. 

Tidak hanya wajah, batin kita juga lebih sehat. Senang menyapa membuat kita banyak teman dan saudara. 

Dengan demikian, menyapa itu lebih sehat dari tertawa. Karena menyapa tidak hanya sehat bagi diri sendiri, tetapi bisa juga menyehatkan orang lain. 

Alangkah indahnya bila orang mau saling menyapa. Dunia akan semakin terasa damai karenanya. Bukankah salah satu kebaikan yang diinginkan oleh Tuhan adalah saling menyapa? 

Salatiga 031121.61

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun