Saya memang senang menyapa. Tak hanya saya lakukan kepada orang kampung dan orang yang saya kenal, tetapi kepada siapa saja yang terlihat perlu disapa, termasuk anak anak.Â
Kebiasaan menyapa sekarang sudah semakin hilang terutama di kalangan anak muda. Tak banyak yang mau menyapa kala berpapasan. Anak muda lebih sibuk dengan gawai dan teman temannya.Â
Hal itu menjadi kegelisahan saya dan banyak orang tua lain. Keramahan dan adab sopan santun mulai menghilang. Sikap individualis mulai 'menyapa' anak anak kita.Â
Oleh sebab itu saya sudah lama menyapa anak anak dan orang yang lebih muda. Tidak hanya menyapa tetapi juga juga membungkukkan badan sambil berkata "permisi" bila lewat didepan mereka.Â
Response anak anak itu berbeda beda. Ada yang acuh dan tetap sibuk menatap gawai atau ngobrol, ada pula yang merubah posisi memandang saya dan berkata "Yaa.." Sembari menganggukan kepala.Â
Saya tidak terlalu memikirkan tanggapan dari orang yang saya sapa.Â
Bila ada yang merespon balik dengan sopan sudah pasti menggembirakan hati. Tetapi jika mereka cuek cuek saja juga tidak membuat saya menjadi sedih dan kecewa.
Toh menyapa itu perbuatan baik yang tidak merlukan biaya alias gratis.Â
Saya pernah mempunyai pengalaman menyapa orang tua tetapi beliau cuek saja. Selama berbulan bulan sapaan saya tidak ditanggapi. Awalnya merasa kheki, tetapi saya terus menyapa.Â
Lama kelamaan beliau lumer juga. Sapaan saya mulai ditanggapi walau hanya dengan anggukan kepala. Tak apa, saya sudah berusaha. Apapun responnya, saya harus tetap menerima.Â
Yang penting saya sudah memberi contoh. Kelak mereka akan mengerti, menyapa dan bersikap sopan sangat penting dalam bersosialisasi.Â