Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rock yang Menyatukan?

8 September 2021   08:42 Diperbarui: 8 September 2021   08:53 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menggemari musik rock sejak SMP, itu sekitar tahun 80an. Waktu itu baru kenal dengan Skid Row, Judas Priest, Motley Crue, Twisted Sister, ACDC dll. 

Saat mahasiswa tahun 90an, saya menggemari Metallica, GnR, Nirvana, Red Hot Chili Pepper dll. Namun tetap mendengarkan lagu lagu rock sebelumnya. Hal itu terus berlangsung sampai saya merantau untuk bekerja. 

Saya juga menyukai beberapa grup rock lokal seperti Jamrud, El Pamas dan beberapa penyanyi rock Indonesia, lelaki maupun. Perempuan. 

Namun setelah bekerja saya jarang mencari dan mendengarkan lagu metal baru. Hanya lagu lagu lama yang didengarkan. Tahun 2000an saya sudah tidak tahu perkembangan musik metal. 

Cerita musik metal yang menyatukan terjadi ketika saya bekerja di sebuah wilayah yang cukup terpencil di Indonesia Timur. Di sebuah kecamatan yang dari ujung satu ke ujung yang lain jaraknya bisa mencapai 60 km. Letak desa satu ke desa lainnya banyak yang berjauhan. 

Saya tinggal di sebuah desa kecil yang jarang listrik. Kalau ada, seminggu hanya menyala 2 kali, bergiliran dengan desa desa sekitarnya. Listrik menyala dari jam 6 sore sampai jam 11 malam. 

Rumah yang saya  tempati adalah rumah kayu 2 lantai, merangkap sebagai ruang pertemuan dan pelatihan.  Rumah itu hanya ditinggali 2 orang, saya dan penduduk lokal. 

Saya satu satunya orang Jawa yang tinggal di desa itu. Bahkan di beberapa desa sekitarnya. 

Anda bisa bayangkan berapa kesepiannya saya disitu. Orang kota, tidak ada listrik, satu satunya orang Jawa, tidak bisa bahasa daerah setempat, tidak ada rekan kerja yang menemani. 

Untungnya saya membawa walkman. Yang menurut orang disitu 'benda ajaib' yang bisa mengeluarkan musik. 

Kemana mana walkman dibawa. Kaset yang saya punya adalah Metallica, GnR, Skid Row, Dewa 19 dan beberapa kaset India. 

Setiap hari saya naik motor berkunjung  ke desa binaan. Jaraknya dari ratusan meter sampai puluhan kilometer. Walkman itulah yang setia menemani. 

Lebih sering mendengarkan musik metal, saya suka mengangguk anggukan kepala tanda menikmati. Itu saya lakukan setiap hari pagi, siang malam saat naik motor ke wilayah dampingan. 

Karena anggukan kepala, saya menjadi banyak dikenal. Selain belum ada yang melakukan, perbuatan aneh itu malahan menjadi trend baru anak muda disana. Padahal saya datang sebagai pekerja sosial. Tidak bermaksud memperkenalkan budaya baru yang agak asing di sana. 

Naik motor, walkman, musik metal, angguk anggukan kepala. 

Akibatnya banyak anak muda yang ingin kenalan dan mendengarkan lagu yang saya bawa. Musik metal bisa kami nikmati bersama. 

Kecamatan di mana saya bekerja, dihuni oleh 9 suku yang berbeda. Mereka berasal dari Jawa, Madura, Sulawesi ditambah suku suku asli setempat. Kebanyakan para pendatang karena program transmigrasi plus para perantau. 

Kecamatan tersebut rawan konflik antar pendatang dan antar suku asli dengan pendatang. 

Setahun setelah saya tinggal disana, terjadilah konflik di kabupaten sebelah. Katanya konflik itu berlandaskan agama. Kekerasan terjadi di beberapa wilayah, tidak pandang suku maupun agama. 

Masyarakat beda suku dan berbeda agama awalnya rukun rukun saja, tetapi karena provokasi, mereka jadi pelaku dan korban kerusuhan.

Kami kuatir konflik akan meluas ke daerah kami karena persis di wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten tersebut. Provokasi juga terjadi di kabupaten kami. 

Bahkan ada kelompok dari kecamatan lain sudah bersiap mengirimkan orang membantu salah satu pihak. 

Pejabat pemerintah setempat kemudian mengumpulkan para tokoh agama dan masyarakat. Mereka membuat beberapa program untuk mengantisipasi agar konflik tidak terjadi di kecamatan kami. 

Secara khusus, melihat kedekatan saya dengan para anak muda, Pak Camat meminta saya untuk melakukan melakukan pendekatan kepada mereka. 

Sebelumnya, dengan berbekal pengetahuan tentang 'Peace Building' (membangun perdamaian), organisasi kami sudah melakukan kegiatan yang melibatkan beberapa suku disana. Kami lakukan lewat olahraga dan budaya. 

Karena saya banyak dikenal dengan 'anggukan' maka lebih mudah untuk menjembatani pertemuan antar pemuda dari berbagai suku. 

Saya mendatangi kelompok pemuda dari suku yang berbeda, mendiskusikan pentingnya kerukunan. Biarlah konflik di kabupaten sebelah menjadi konflik mereka, kita tidak perlu terpengaruh dan membela membabi buta. Obrolan dilakukan dalam suasana santai sambil mendengarkan musik metal. 

Kegiatan ramai ramai yang kami lakukan adalah piknik bersama. Kami pergi ke sebuah pantai hanya untuk bersantai sambil saling berkenalan. Masing masing suku diminta untuk membawa bekal masing masing untuk disantap bersama sama. 

Saat kami pulang, mereka banyak yang bercerita bahwa acara tersebut sangat asyik karena mereka bisa saling berkenalan. Padahal selama ini mereka sering berpapasan. Berada ditempat yang sama. Tetapi mereka merasa segan karena berbeda suku, bahasa dan agama. 

Saya tidak tahu apakah karena musik metal yang menyatukan kami. Yang saya tahu, karena anggukan kepala, kami jadi saling kenal dan memahami. Bahwa tak kenal maka tak sayang. Sudah sayang tak mudah terjadi pertikaian. 

Beberapa waktu kemudian saya harus pamit kepada mereka. Saya memutuskan untuk pulang ke Jawa namun tetap bekerja di organisasi yang sama. Tidak ada lambaian tangan dan linangan airmata. 

Saya hanya berharap bahwa mereka tetap rukun rukun saja. Menyadari bahwa perang itu tiada guna. 

Selama beberapa tahun saya masih mengikuti perkembangan situasi di wilayah tersebut. 

Puji syukur konflik cepat selesai. Tidak sempat merembet ke kecamatan tempat saya pernah bekerja. 

Apakah musik metal ikut berjasa menyatukan anak muda disana? 

Hanya Tuhan yang tahu. 

Salatiga 070921.33

Notes :

Saya tidak bisa membedakan aliran musik rock. Jadi saya anggap musik rock dan metal sama saja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun