Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.
Â
Puisi indah ini menggambarkan perasaan rindu, kehilangan, dan harapan dalam cinta. Melalui puisi ini, Sapardi Djoko Damono ingin menuangkan perasaan rindu akan hadirnya orang yang sangat dicintanya. Puisi mewakili kehendak dan harapan bahwa suatu saat dapat bertemu kembali dengan seseorang yang telah pergi. Konsep cinta yang dibentuk oleh Sapardi yakni - cinta sejati akan tetap abadi melintas ruang dan waktu. Puisi indah inilah yang menjadi inspirasi dari penyusunan naskah drama kawan-kawan mahasiswa Dik 4 C.
Secara garis besar, drama ini menggiring penonton untuk merasakan perasaan yang sama seperti apa yang digiring Sapardi Djoko Damono melalui puisinya. Menyaksikan pertunjukkan drama ini membuat saya merasakan setiap emosi yang dibangun melalui kesatuan unsur drama. Dilla Nur'asa, Kalya Nafrani Damayanti, dan Sofia Ihsani Muhammad sebagai penulis naskah naskah ini berhasil mengalihwahanakan puisi "Pada Suatu Hari Nanti" menjadi naskah drama yang epik dan berkarakter kuat.
Sinopsis
Dari sebuah kelurga yang begitu menganut kepercayaan masyarakat Jawa, Ajeng - putri mereka yang hendak dilamar oleh seorang pemuda bernama Bima. Namun, fakta tentang Ajeng yang merupakan anak ketiga dan Bima adalah putra sulung membuat kisah cinta mereka dikecam oleh keluarga Ajeng.