Mohon tunggu...
Sri Arum Anjan Lestari
Sri Arum Anjan Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori perkembangan sosial dan kepribadian Erikson (Konsep tahap perkembangan kritik & revisi penerapan)

17 Januari 2025   21:37 Diperbarui: 17 Januari 2025   21:37 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Konsep Perkembangan Sosial Erikson

Perkembangan sosial dan kepribadian dalam psikologi merujuk pada proses

dan perubahan yang terjadi pada individu sepanjang hidup mereka dalam hal

interaksi sosial dan pengembangan aspek-aspek kepribadian (Talango, S. R. 2020).

Ini mencakup perkembangan hubungan dengan orang lain, pemahaman diri,

identitas, nilai-nilai, emosi, serta keterampilan sosial dan interaksi sosial.

Perkembangan sosial melibatkan proses di mana individu belajar berinteraksi

dengan orang lain, memahami norma sosial, membangun hubungan interpersonal,

dan mengembangkan keterampilan sosial. Ini meliputi kemampuan untuk berbagi,

bekerja sama, berkomunikasi, memahami emosi orang lain, dan membangun

hubungan yang sehat. Perkembangan kepribadian berkaitan dengan bagaimana

individu mengembangkan dan membentuk identitas dan karakter mereka sendiri

(Nida, F. L. K. 2018) . Ini melibatkan pemahaman diri, nilai-nilai, kepercayaan,

motivasi, dan sifat-sifat kepribadian yang membentuk cara individu berperilaku,

berpikir, dan merespon lingkungan.

Keduanya saling terkait dalam proses perkembangan individu. Perkembangan

sosial mempengaruhi perkembangan kepribadian, karena interaksi sosial dan

pengalaman dengan orang lain dapat membentuk nilai-nilai, sikap, dan perilaku

individu (Nuroh, S. 2022). Sebaliknya, perkembangan kepribadian juga

memengaruhi perkembangan sosial, karena kepribadian individu dapat

mempengaruhi cara individu berinteraksi dengan orang lain dan membangun

hubungan sosial.

Studi tentang perkembangan sosial dan kepribadian dalam psikologi

bertujuan untuk memahami proses-proses ini, mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhinya, dan menjelaskan perubahan dan variasi yang terjadi dalam

perkembangan individu. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan sosial dan kepribadian, psikologi dapat memberikan wawasan yang

berharga dalam memahami individu secara holistik, membantu dalam

pengembangan diri yang sehat, dan memberikan arahan dalam intervensi dan

pengembangan sumber daya manusia.

Dalam psikologi, perkembangan sosial mengacu pada perubahan dan

kemajuan individu dalam hubungan, interaksi, dan pemahaman mereka tentang

dunia sosial di sekitar mereka seiring waktu. Ini melibatkan perkembangan

keterampilan sosial, emosi, dan pemahaman sosial yang memungkinkan individu

untuk berinteraksi dengan orang lain, memahami norma dan aturan sosial, serta

membangun hubungan yang sehat dan bermakna (Saihu, M. 2022).

Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal dengan

teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah

satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson

percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu

elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan

persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan

melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah

berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi

dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan

perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa

teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.

Menurut Erikson perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi antara

proses-proses maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan masyarakat

dan kekuatan-kekuatan sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari

sudut pandang seperti ini, teori Erikson menempatkan titik tekan yang lebih besar

pada dimensi sosialisasi dibandingkan teori Freud. Selain perbedaan ini, teori

Erikson membahas perkembangan psikologis di sepanjang usia manusia, dan bukan

hanya tahun-tahun antara masa bayi dan masa remaja. Seperti Freud, Erikson juga

meneliti akibat yang dihasilkan oleh pengalaman-pengalaman usia dini terhadap

masa-masa berikutnya, akan tetapi ia melangkah lebih jauh lagi dengan menyelidiki

perubahan kualitatif yang terjadi selama pertengahan umur dan tahun-tahun akhir

kehidupan (Nooradia, 2016).

Erik H. Erikson adalah salah seorang ahli yang mendasarkan teorinya pada

perspektif sosial dengan melabeli pendekatannya sebagai "Psikososial" atau

"Psikohistoris". Sampai seseorang mencapai usia dewasa, Erikson berusaha

menjelaskan hubungan timbal balik antara kepribadian dan budaya. Dapat dilihat

bahwa seluruh lingkungan hidup seseorang dipengaruhi oleh sejarah seluruh

masyarakat karena perkembangan hubungan manusia, masyarakat, dan budaya semuanya saling berhubungan. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki kemampuan

untuk beradaptasi dengan lingkungan orang atau institusi yang selalu berubah, yang

memungkinkan dia untuk berpartisipasi dalam perhatian budaya yang sedang

berlangsung.

Erikson berusaha menemukan perkembangan psikososial ego melalui

berbagai organisasi sosial dari kelompok dan budaya tertentu (Kusdemawati, J.

2021). Ia berusaha membangun hubungan antara gejala sosial psikologis,

pendidikan, dan budaya. Erikson menunjukkan dalam penelitiannya bahwa

masyarakat atau budaya, melalui praktik orang tua, struktur keluarga tertentu,

kelompok sosial, dan pengaturan kelembagaan, membantu perkembangan kekuatan

Ego anak, yang diperlukan untuk memikul berbagai peran dan tanggung jawab sosial

(Krismawati, 2018).

Sangat penting bagi kita untuk memahami perkembangan psikososial anak,

terutama di masa kini. Dengan mencermati perkembangan psikososial anak, kita

dapat membimbing dan membantu dalam mengoptimalkan perkembangan anak

secara optimal. Pengetahuan perkembangan psikososial akan membantu orang tua

dan pendidik dalam mengatasi hambatan dalam pengasuhan dan pendidikan anak

(Riendravi, 2018).

Kemudian yang menjadi konsep pertam kali Erikson dalam menentukan

perkembangan sosial ini adalah adalah teori identitas. Ia mengemukakan bahwa

individu melewati serangkaian tahap perkembangan yang mencakup pencarian dan

pembentukan identitas diri. Proses ini melibatkan eksplorasi nilai-nilai, peran,

tujuan hidup, dan identifikasi diri dalam konteks sosial. Erikson menganggap

identitas sebagai inti dari kepribadian yang berkembang sepanjang waktu dan

merupakan hasil dari interaksi individu dengan lingkungannya (Suswanto, A. 2019).

Selanjutnya Erikson juga berpendapat bahwa setiap tahap psikologis disertai

dengan krisis. setiap perbedaan komponen kepribadian yang terjadi dalam setiap

krisis merupakan masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik merupakan

komponen penting dari teori Erikson karena perkembangan dan pertumbuhan

interpersonal dalam suatu lingkungan tentang peningkatan sikap yang tunduk pada

serangan berdasarkan fungsi ego pada setiap tahap.

Erikson berpendapat bahwa "prinsip epigenetik" akan maju atau matang jika

krisis psikologis yang terjadi dalam siklus kehidupan setiap manusia dapat dilihat

secara jelas dalam bentuk gambaran. Gambar tersebut menggambarkan delapan

fase pertumbuhan yang dilalui dan dialami setiap manusia. Seperti tangga, itu diatur secara hirarkis 

*Kritik & Revisi dari Perkembangan Sosial Erikson

Meskipun teori perkembangan sosial Erikson memiliki kontribusi yang

signifikan dalam memahami perkembangan sosial dan kepribadian individu, ada

beberapa kritik dan revisi yang diajukan terhadap teori tersebut. 

*Beberapa kritik dan revisi yang umum meliputi

1.Kurangnya Eksplorasi Aspek Budaya: Kritik yang sering diajukan

terhadap teori Erikson adalah bahwa pemikirannya cenderung bersifat

universalistik dan tidak mempertimbangkan perbedaan budaya. Teori ini

dikembangkan berdasarkan studi yang dilakukan di AS dengan fokus

pada masyarakat Barat, sehingga tidak dapat secara langsung diterapkan

pada konteks budaya lain yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma

sosial yang berbeda.

2.

Rigiditas Tahap-Tahap Perkembangan: Beberapa kritikus mengklaim

bahwa tahap-tahap perkembangan yang diidentifikasi oleh Erikson

terlalu kaku dan tidak memberikan ruang bagi variasi individual. Mereka

berpendapat bahwa perkembangan sosial dan kepribadian lebih

kompleks daripada yang dijelaskan oleh tahap-tahap yang diberikan dan

dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lingkungan sosial dan

pengalaman pribadi.

3.

Keterbatasan Empiris: Meskipun teori Erikson didasarkan pada

pengamatan dan pengalaman klinis yang luas, pendekatan ini memiliki

keterbatasan empiris. Beberapa kritikus menganggap teori ini kurang

didukung oleh bukti empiris yang kuat, terutama dalam hal tahap-tahap

perkembangan yang diidentifikasi.

4.

Fokus yang Terlalu Kuat pada Anak-Anak: Erikson lebih fokus pada

perkembangan sosial dan kepribadian pada masa kanak-kanak dan

remaja, sementara perkembangan sosial dan kepribadian di masa dewasa

dan usia lanjut kurang diberi perhatian yang cukup. Kritikus berpendapat

bahwa teori ini kurang memperhitungkan perkembangan dan perubahan

yang terjadi pada tahap-tahap perkembangan yang lebih lanjut dalam

siklus kehidupan individu.

5.

Pendekatan yang Terlalu Deterministik: Beberapa kritikus menilai teori

Erikson memiliki pendekatan yang terlalu deterministik, mengasumsikan

bahwa individu melewati tahap-tahap perkembangan dalam urutan yang

teratur dan memiliki resolusi yang sama. Namun, perkembangan sosial

dan kepribadian bisa lebih dinamis dan dipengaruhi oleh faktor-faktor kompleks yang lebih mempengaruhi .

*Penerapan Perkembangan Sosial dalam Pembelajaran Dalam konteks pendidikan, terdapat beberapa aspek yang relevan dalam penerapan

psikologi perkembangan sosial Erikson. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1.

Kurikulum yang Berfokus pada Perkembangan Sosial: Pendidikan dapat

memperhitungkan tahap-tahap perkembangan sosial yang diidentifikasi

oleh Erikson dalam merancang kurikulum (Wulandari, A. 2020). Ini

berarti memilih dan mengatur materi pembelajaran yang sesuai dengan

perkembangan sosial siswa pada setiap tahap perkembangan.

2.

Pembentukan Identitas dan Pengembangan Karakter: Pendidikan dapat

membantu siswa dalam proses pencarian dan pembentukan identitas

mereka (Padillah, R. 2020). Melalui berbagai kegiatan dan program,

seperti proyek eksplorasi karir, refleksi diri, dan pengembangan nilainilai, siswa dapat memahami diri mereka lebih baik, mengenali minat dan

bakat mereka, dan membangun karakter yang kuat.

3.

Lingkungan Belajar yang Kolaboratif: Pendidikan dapat menciptakan

lingkungan belajar yang mendorong kerjasama dan interaksi sosial yang

positif (Arianti, A. 2019). Menggunakan pendekatan pembelajaran

kooperatif, kerja kelompok, dan diskusi kelompok dapat membantu siswa

belajar bekerja sama, saling mendukung, dan mengembangkan

keterampilan sosial.

4.

Pengajaran yang Responsif terhadap Kebutuhan Individual: Guru dapat

memahami tahap perkembangan sosial siswa dan menyesuaikan

pendekatan pengajaran mereka secara individu (Mokhlis, S. 2021). Ini

berarti menyediakan dukungan dan bimbingan yang sesuai untuk siswa

pada tahap perkembangan tertentu, memfasilitasi pertumbuhan sosial

mereka, dan membantu mereka mengatasi konflik perkembangan.

5.

Pembinaan Hubungan yang Positif: Guru dapat memainkan peran penting

dalam pembinaan hubungan yang positif dengan siswa (Rahayu, R. 2019).

Ini melibatkan memberikan perhatian dan penghargaan yang individual

kepada siswa, mendengarkan dengan empati, memberikan umpan balik

yang konstruktif, dan memperhatikan perkembangan sosial siswa dalam

konteks kelas.

6.

Pembelajaran Keterampilan Sosial: Pendidikan dapat menyediakan

kesempatan bagi siswa untuk belajar dan mengembangkan keterampilan

sosial yang penting (Nugraha, R. A. 2020) . Ini dapat dilakukan melalui

pengajaran langsung, simulasi, permainan peran, dan kegiatan

kolaboratif yang merangsang interaksi sosial dan mengasah keterampilan

komunikasi, kerjasama, dan pemecahan masalah.

7.

Mendukung Keseimbangan Psikososial: Pendidikan dapat membantu

siswa mencapai keseimbangan psikososial pada setiap tahap perkembangan (Fantiro, F. A. 2018) . Ini berarti menyediakan sumber

daya dan dukungan yang diperlukan bagi siswa untuk mengatasi konflik

perkembangan, mempromosikan resolusi yang sehat, dan

mengembangkan sikap dan nilai-nilai yang mendukung perkembangan sosial mereka

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun