Konsep Perkembangan Sosial Erikson
Perkembangan sosial dan kepribadian dalam psikologi merujuk pada proses
dan perubahan yang terjadi pada individu sepanjang hidup mereka dalam hal
interaksi sosial dan pengembangan aspek-aspek kepribadian (Talango, S. R. 2020).
Ini mencakup perkembangan hubungan dengan orang lain, pemahaman diri,
identitas, nilai-nilai, emosi, serta keterampilan sosial dan interaksi sosial.
Perkembangan sosial melibatkan proses di mana individu belajar berinteraksi
dengan orang lain, memahami norma sosial, membangun hubungan interpersonal,
dan mengembangkan keterampilan sosial. Ini meliputi kemampuan untuk berbagi,
bekerja sama, berkomunikasi, memahami emosi orang lain, dan membangun
hubungan yang sehat. Perkembangan kepribadian berkaitan dengan bagaimana
individu mengembangkan dan membentuk identitas dan karakter mereka sendiri
(Nida, F. L. K. 2018) . Ini melibatkan pemahaman diri, nilai-nilai, kepercayaan,
motivasi, dan sifat-sifat kepribadian yang membentuk cara individu berperilaku,
berpikir, dan merespon lingkungan.
Keduanya saling terkait dalam proses perkembangan individu. Perkembangan
sosial mempengaruhi perkembangan kepribadian, karena interaksi sosial dan
pengalaman dengan orang lain dapat membentuk nilai-nilai, sikap, dan perilaku
individu (Nuroh, S. 2022). Sebaliknya, perkembangan kepribadian juga
memengaruhi perkembangan sosial, karena kepribadian individu dapat
mempengaruhi cara individu berinteraksi dengan orang lain dan membangun
hubungan sosial.
Studi tentang perkembangan sosial dan kepribadian dalam psikologi
bertujuan untuk memahami proses-proses ini, mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhinya, dan menjelaskan perubahan dan variasi yang terjadi dalam
perkembangan individu. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan sosial dan kepribadian, psikologi dapat memberikan wawasan yang
berharga dalam memahami individu secara holistik, membantu dalam
pengembangan diri yang sehat, dan memberikan arahan dalam intervensi dan
pengembangan sumber daya manusia.
Dalam psikologi, perkembangan sosial mengacu pada perubahan dan
kemajuan individu dalam hubungan, interaksi, dan pemahaman mereka tentang
dunia sosial di sekitar mereka seiring waktu. Ini melibatkan perkembangan
keterampilan sosial, emosi, dan pemahaman sosial yang memungkinkan individu
untuk berinteraksi dengan orang lain, memahami norma dan aturan sosial, serta
membangun hubungan yang sehat dan bermakna (Saihu, M. 2022).
Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal dengan
teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah
satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson
percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu
elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan
persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan
melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah
berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi
dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan
perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa
teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.
Menurut Erikson perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi antara
proses-proses maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan masyarakat
dan kekuatan-kekuatan sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari
sudut pandang seperti ini, teori Erikson menempatkan titik tekan yang lebih besar
pada dimensi sosialisasi dibandingkan teori Freud. Selain perbedaan ini, teori
Erikson membahas perkembangan psikologis di sepanjang usia manusia, dan bukan
hanya tahun-tahun antara masa bayi dan masa remaja. Seperti Freud, Erikson juga
meneliti akibat yang dihasilkan oleh pengalaman-pengalaman usia dini terhadap
masa-masa berikutnya, akan tetapi ia melangkah lebih jauh lagi dengan menyelidiki
perubahan kualitatif yang terjadi selama pertengahan umur dan tahun-tahun akhir
kehidupan (Nooradia, 2016).
Erik H. Erikson adalah salah seorang ahli yang mendasarkan teorinya pada
perspektif sosial dengan melabeli pendekatannya sebagai "Psikososial" atau
"Psikohistoris". Sampai seseorang mencapai usia dewasa, Erikson berusaha
menjelaskan hubungan timbal balik antara kepribadian dan budaya. Dapat dilihat
bahwa seluruh lingkungan hidup seseorang dipengaruhi oleh sejarah seluruh
masyarakat karena perkembangan hubungan manusia, masyarakat, dan budaya semuanya saling berhubungan. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki kemampuan
untuk beradaptasi dengan lingkungan orang atau institusi yang selalu berubah, yang
memungkinkan dia untuk berpartisipasi dalam perhatian budaya yang sedang
berlangsung.
Erikson berusaha menemukan perkembangan psikososial ego melalui
berbagai organisasi sosial dari kelompok dan budaya tertentu (Kusdemawati, J.
2021). Ia berusaha membangun hubungan antara gejala sosial psikologis,
pendidikan, dan budaya. Erikson menunjukkan dalam penelitiannya bahwa
masyarakat atau budaya, melalui praktik orang tua, struktur keluarga tertentu,
kelompok sosial, dan pengaturan kelembagaan, membantu perkembangan kekuatan
Ego anak, yang diperlukan untuk memikul berbagai peran dan tanggung jawab sosial
(Krismawati, 2018).
Sangat penting bagi kita untuk memahami perkembangan psikososial anak,
terutama di masa kini. Dengan mencermati perkembangan psikososial anak, kita
dapat membimbing dan membantu dalam mengoptimalkan perkembangan anak
secara optimal. Pengetahuan perkembangan psikososial akan membantu orang tua
dan pendidik dalam mengatasi hambatan dalam pengasuhan dan pendidikan anak
(Riendravi, 2018).
Kemudian yang menjadi konsep pertam kali Erikson dalam menentukan
perkembangan sosial ini adalah adalah teori identitas. Ia mengemukakan bahwa
individu melewati serangkaian tahap perkembangan yang mencakup pencarian dan
pembentukan identitas diri. Proses ini melibatkan eksplorasi nilai-nilai, peran,
tujuan hidup, dan identifikasi diri dalam konteks sosial. Erikson menganggap
identitas sebagai inti dari kepribadian yang berkembang sepanjang waktu dan
merupakan hasil dari interaksi individu dengan lingkungannya (Suswanto, A. 2019).
Selanjutnya Erikson juga berpendapat bahwa setiap tahap psikologis disertai
dengan krisis. setiap perbedaan komponen kepribadian yang terjadi dalam setiap
krisis merupakan masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik merupakan
komponen penting dari teori Erikson karena perkembangan dan pertumbuhan
interpersonal dalam suatu lingkungan tentang peningkatan sikap yang tunduk pada
serangan berdasarkan fungsi ego pada setiap tahap.
Erikson berpendapat bahwa "prinsip epigenetik" akan maju atau matang jika
krisis psikologis yang terjadi dalam siklus kehidupan setiap manusia dapat dilihat
secara jelas dalam bentuk gambaran. Gambar tersebut menggambarkan delapan
fase pertumbuhan yang dilalui dan dialami setiap manusia. Seperti tangga, itu diatur secara hirarkisÂ
*Kritik & Revisi dari Perkembangan Sosial Erikson
Meskipun teori perkembangan sosial Erikson memiliki kontribusi yang
signifikan dalam memahami perkembangan sosial dan kepribadian individu, ada
beberapa kritik dan revisi yang diajukan terhadap teori tersebut.Â
*Beberapa kritik dan revisi yang umum meliputi
1.Kurangnya Eksplorasi Aspek Budaya: Kritik yang sering diajukan
terhadap teori Erikson adalah bahwa pemikirannya cenderung bersifat
universalistik dan tidak mempertimbangkan perbedaan budaya. Teori ini
dikembangkan berdasarkan studi yang dilakukan di AS dengan fokus
pada masyarakat Barat, sehingga tidak dapat secara langsung diterapkan
pada konteks budaya lain yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma
sosial yang berbeda.
2.
Rigiditas Tahap-Tahap Perkembangan: Beberapa kritikus mengklaim
bahwa tahap-tahap perkembangan yang diidentifikasi oleh Erikson
terlalu kaku dan tidak memberikan ruang bagi variasi individual. Mereka
berpendapat bahwa perkembangan sosial dan kepribadian lebih
kompleks daripada yang dijelaskan oleh tahap-tahap yang diberikan dan
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lingkungan sosial dan
pengalaman pribadi.
3.
Keterbatasan Empiris: Meskipun teori Erikson didasarkan pada
pengamatan dan pengalaman klinis yang luas, pendekatan ini memiliki
keterbatasan empiris. Beberapa kritikus menganggap teori ini kurang
didukung oleh bukti empiris yang kuat, terutama dalam hal tahap-tahap
perkembangan yang diidentifikasi.
4.
Fokus yang Terlalu Kuat pada Anak-Anak: Erikson lebih fokus pada
perkembangan sosial dan kepribadian pada masa kanak-kanak dan
remaja, sementara perkembangan sosial dan kepribadian di masa dewasa
dan usia lanjut kurang diberi perhatian yang cukup. Kritikus berpendapat
bahwa teori ini kurang memperhitungkan perkembangan dan perubahan
yang terjadi pada tahap-tahap perkembangan yang lebih lanjut dalam
siklus kehidupan individu.
5.
Pendekatan yang Terlalu Deterministik: Beberapa kritikus menilai teori
Erikson memiliki pendekatan yang terlalu deterministik, mengasumsikan
bahwa individu melewati tahap-tahap perkembangan dalam urutan yang
teratur dan memiliki resolusi yang sama. Namun, perkembangan sosial
dan kepribadian bisa lebih dinamis dan dipengaruhi oleh faktor-faktor kompleks yang lebih mempengaruhi .
*Penerapan Perkembangan Sosial dalam Pembelajaran Dalam konteks pendidikan, terdapat beberapa aspek yang relevan dalam penerapan
psikologi perkembangan sosial Erikson. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1.
Kurikulum yang Berfokus pada Perkembangan Sosial: Pendidikan dapat
memperhitungkan tahap-tahap perkembangan sosial yang diidentifikasi
oleh Erikson dalam merancang kurikulum (Wulandari, A. 2020). Ini
berarti memilih dan mengatur materi pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan sosial siswa pada setiap tahap perkembangan.
2.
Pembentukan Identitas dan Pengembangan Karakter: Pendidikan dapat
membantu siswa dalam proses pencarian dan pembentukan identitas
mereka (Padillah, R. 2020). Melalui berbagai kegiatan dan program,
seperti proyek eksplorasi karir, refleksi diri, dan pengembangan nilainilai, siswa dapat memahami diri mereka lebih baik, mengenali minat dan
bakat mereka, dan membangun karakter yang kuat.
3.
Lingkungan Belajar yang Kolaboratif: Pendidikan dapat menciptakan
lingkungan belajar yang mendorong kerjasama dan interaksi sosial yang
positif (Arianti, A. 2019). Menggunakan pendekatan pembelajaran
kooperatif, kerja kelompok, dan diskusi kelompok dapat membantu siswa
belajar bekerja sama, saling mendukung, dan mengembangkan
keterampilan sosial.
4.
Pengajaran yang Responsif terhadap Kebutuhan Individual: Guru dapat
memahami tahap perkembangan sosial siswa dan menyesuaikan
pendekatan pengajaran mereka secara individu (Mokhlis, S. 2021). Ini
berarti menyediakan dukungan dan bimbingan yang sesuai untuk siswa
pada tahap perkembangan tertentu, memfasilitasi pertumbuhan sosial
mereka, dan membantu mereka mengatasi konflik perkembangan.
5.
Pembinaan Hubungan yang Positif: Guru dapat memainkan peran penting
dalam pembinaan hubungan yang positif dengan siswa (Rahayu, R. 2019).
Ini melibatkan memberikan perhatian dan penghargaan yang individual
kepada siswa, mendengarkan dengan empati, memberikan umpan balik
yang konstruktif, dan memperhatikan perkembangan sosial siswa dalam
konteks kelas.
6.
Pembelajaran Keterampilan Sosial: Pendidikan dapat menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk belajar dan mengembangkan keterampilan
sosial yang penting (Nugraha, R. A. 2020) . Ini dapat dilakukan melalui
pengajaran langsung, simulasi, permainan peran, dan kegiatan
kolaboratif yang merangsang interaksi sosial dan mengasah keterampilan
komunikasi, kerjasama, dan pemecahan masalah.
7.
Mendukung Keseimbangan Psikososial: Pendidikan dapat membantu
siswa mencapai keseimbangan psikososial pada setiap tahap perkembangan (Fantiro, F. A. 2018) . Ini berarti menyediakan sumber
daya dan dukungan yang diperlukan bagi siswa untuk mengatasi konflik
perkembangan, mempromosikan resolusi yang sehat, dan
mengembangkan sikap dan nilai-nilai yang mendukung perkembangan sosial mereka
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI