Saman adalah karya yang luar biasa, Ayu sangat berani mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya mengenai seks tanpa adanya sensor.Â
Saman membuka pikiran kita, bahwa tidak semua novel roman dengan genre dewasa adalah novel yang tidak bermoral. Saman bermoral, bahkan amat sangat bermoral, walau Ayu sering menyebutkan "kondom" berkali-kali, menyebutkan "orgasme", "masturbasi", dan "penis", bahkan yang lebih parah lagi. Namun Saman tetap bermoral karena membaca Saman serasa membaca rahasia yang perempuan miliki sendiri. Sebagai seorang perempuan, resensator tidak merasa perlu memunafikan diri dengan mengatakan Saman adalah bacaan yang tidak bermutu.
Saman berbentuk dwilogi, Ayu menerbitkan Novel lagi dengan judul Larung sekitar tahun 2001, Larung merupakan kelanjutan dari seri pertama Saman. Judul Larung juga diambil dari nama tokoh yang memang bernama Larung dalam Novel Larung. Bagi peminat novel-novel feminis, mungkin Saman adalah salah satu referensi yang layak untuk menjadi bahan bacaan ataupun dijadikan koleksi pribadi.
Dengan membaca Saman, pembaca akan merasa bahwa ternyata kedudukan pria dan wanita adalah sama. Tanpa sekat pembeda. Resensator memberikan 4 dari 5 bintang untuk Novel Saman. 1 Bintang Resensator simpan dibagian kelemahan Novel. Saman sangat indah, membacanya tidak akan merugikan waktu. Siapa yang tidak penasaran dengan kebejatan pemerintah Orde Baru? Siapa juga yang tidak penasaran tentang eksplorasi seksualitas dari sudut pandang perempuan? Bagi yang penasaran, Membaca Saman adalah jawabannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H