Mohon tunggu...
Sri Ayuningsih
Sri Ayuningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa D3 -

Mahasiswa aktif di Akademi Televisi Indonesia Instagram : @ayuchoi22

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengupas Secara Tuntas Novel Saman karya Ayu Utami

13 Mei 2018   13:03 Diperbarui: 13 Mei 2018   18:04 11050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

C. Kelebihan Novel Saman

Walaupun termasuk dalam karya klasik yang diterbitkan sejak era reformasi, novel saman masih banyak diminati dan diterjemahkan ke delapan bahasa asing, diantaranya : Inggris, Belanda, Jerman, Jepang, Prancis, Czech, Italia, dan Korea. Saman adalah pemenang Sayembara Roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Novel ini juga mendapat penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri karena dianggap telah mendobrak hal yang tabu sekaligus memperluas cakrawala sastra.

Saman juga mendapat banyak pujian dari orang-orang terkenal, contohnya adalah pujian dari Sapardi Djoko Damono, seorang Pujangga terkemuka Indonesia, ia melontarkan " Dahsyat... memamerkan teknik komposisi yang-sepanjang pengetahuan saya-belum pernah dicoba pengarang lain di Indonesia, bahkan mungkin di negeri lain." Selain itu, Pramoedya Ananta Toer yang merupakan seorang Sastrawan Sejarah Indonesia juga mengomentari Saman dengan mengatakan "Integritas penulisnya tinggi... saya tidak kuat melanjutkannya. Melanjutkan membaca ini rasanya saya jadi tapol lagi."

Selain mendapat penghargaan dan pujian, dalam dunia akademis Saman memberikan sumbangannya lewat karya ilmiah suatu penelitian mengenai Novel Saman. Beberapa judul karya akademis yang mengupas novel ini yaitu sebagai berikut (Dikutip dari Review Helvry Sinaga dalam Goodreads) :

  • Skripsi : Perilaku Seksual dalam Novel Saman Karya Ayu Utami. Oktivita, Universitas Muhamadiyah Surakarta (2009).
  • Skripsi : Pandangan Dunia Pengarang dalam Novel Saman karya Ayu Utami. Lina Puspita Yuniati,Universitas Negeri Semarang (2005).
  • Jurnal : Novel Saman dan Larung dalam Perspektif Feminin Radikal. Baban Banita S.S. M.Hum, Universitas Padjajaran, Bandung (tanpa tahun).
  • Jurnal : Challenging Tradition : The Indonesian Novel Saman. Rochayah Machali dan Ida Nurhayati, UNSW, Sydney (tanpa tahun).
  • Jurnal : Sexuality, Marality, and the Female Role : Observation on Recent Indonesian Women's Literature. Monika Arnez and Cahyaningrum Dewoyati, Universitas Hamburg and Universitas Gajah Mada (tanpa tahun).
  • Thesis : Narrating Ideas of Religion, Power, and Sexuality, in Ayu Utami's Novels : Saman, Larung, and Bilangan Fu. Widyasari Listyowulan, Ohio University (2010).
  • Thesis : No Woman is an Island : Reconceptualizing Feminine Identity in the Literary Work of Ayu Utami. Micaela Campbell, Universitas of Victoria (2001).
  • Perlawanan Perempuan terhadap Hegemoni Laki-Laki dalam Novel Saman dan Larung Karya Ayu Utami (Sebuah Pendekatan Fenimisme). Agustina Fridomi (tanpa tahun).

Kemudian, bahasa dalam Saman sangat indah, penuh dengan kiasan dan perumpamaan. Namun membaca Saman tetaplah seperti membaca rangkaian kalimat ringan. Itulah kelebihan Ayu Utami, ia dapat membuat karyanya tetap ringan walau menggunakan kosakata yang berat.

D. Kelemahan

Saman hanya bisa dinikmati dan berguna sejati hanya bagi pembaca yang dewasa. Bahkan amat sangat dewasa, seperti yang dikatakan Y.B. Mangunwijaya yang mengomentari Novel ini. Menurut Mangunwijaya, hanya orang dewasalah yang dapat memahami apa yang ingin disampaikan Ayu Utami, khususnya mengenai dimensi-dimensi politik, antropologi sosial, dan yang paling istimewa adalah agama dan iman.

Ayu juga mengeksplorasi mengenai hubungan badan dengan sangat gamblang, banyak kosakata vulgar tentang seks yang tidak bisa dibaca oleh remaja maupun anak di bawah umur. Oleh sebabnya, Saman hanya bisa dibaca oleh orang dewasa, tidak bisa dikonsumsi oleh semua kalangan. Saman menggunakan alur campuran, sehingga untuk pembaca pemula akan merasakan kesulitan ketika mencoba mengikuti alur dan memahami apa yang Ayu maksud.

Sebenarnya banyaknya Kontroversi yang ada justru membuat Saman masuk dalam kategori Novel yang diburu, namun Resensator memasukan Kontroversi tersebut ke dalam kelemahan Novel Saman karena satu hal, Kontroversi mengenai imanlah yang perlu dikaji kembali. 

Ayu membuat Wis yang dulunya seorang Pastor beralih menjadi seorang Aktivis Hak Asasi Manusia, Wis meninggalkan Kepastoran dan berpikiran bahwa ternyata Tuhan itu tidak ada. Padahal ide tentang Tuhan sebenarnya selalu ada di tiap pikiran manusia. Hanya tinggal manusianya saja yang mau mempercaiyanya atau tidak. Ayu membuat ide tersebut lenyap, dengan keluarnya Wis dari Kepastoran dan perubahan sifat Wis di bagian akhir cerita.

Untuk kontroversi lainnya, Resensator merasa tidak perlu memasukannya ke dalam kelemahan Novel Saman, karena selain bagian iman yang perlu dikaji, selebihnya Saman adalah pergerakan untuk keluar dari kungkungan suatu hal yang dianggap tabu. Kemudian, mungkin hanya Resensator yang merasa bahwa Ayu kurang fokus dalam menjalankan tokoh utama, mungkin karena Novel Saman merupakan fragmen dari novel pertama Ayu Utami yang berjudul Laila tak Mampir di New York. Dalam proses pengerjaan, beberapa sub plot berkembang melampaui rencana, sehingga terbitlah Saman menggantikan Novel yang sebelumnya menggunakan Laila sebagai tokoh utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun