E. Tentang Penulis
Justina Ayu Utami lahir di Bogor, 21 November 1968, Ayu besar di Jakarta dan menamatkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Ayu pernah menjadi seorang wartawan di Matra, Forum Keadilan, dan Detik. Di Masa Orde Baru ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang memprotes pembredelan pada masa itu. Oleh karenanya ia pernah kehilangan pekerjaan karena ikut memperjuangkan kemerdekaan informasi.
Ayu utami mengatakan bahwa tak pernah ada aturan tertulis bagi penguasa yang memegang seluruh aturan, kekuasaan tak perlu lagi aturan, tapi media massa tak akan menerima para pendiri AJI untuk bekerja. Ayu Utami tak bisa lagi menjadi wartawan, tapi Ayu ingin terus menulis. Maka Ayu menulis Novel : Naskah Saman, yang Ayu sertakan dalam sayembara Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) ; fragmen dari sebuah rencana novel berjudul Laila tak Mampir di New York (yang akhirnya memang tak pernah jadi). Itu adalah zaman dengan slogan : Ketika pers dibungkam, sastra bicara.
Hal itu membuka kesadaran Ayu bahwa ia tidak bisa lagi menulis berita yang jujur, ia harus menulis tulisan yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaannya. Maka sastralah yang menjadi jawaban alternatif untuk semua itu. Keseringannya terlibat dengan ketidakadilan, moralitas, Politik dan agama pada puncaknya memantapkan ayu untuk menulis novel.Â
Dengan segala pemikiran dan pengalamannya ia menulis karya-karya yang tidak lepas dari unsur Politik, Agama, Seks, dan Fantasi miliknya. Oleh sebabnya, seluruh kejadian yang digambarkan Ayu dalam Saman terasa begitu nyata. Mungkin karena dulunya ia seorang Jurnalis, maka tulisannya terasa begitu hidup. Seakan Ayu tahu setiap hal yang dilarang untuk disebarkan.
Ayu lahir dalam lingkungan keluarga Katholik, Ayahnya bernama Yohanes Hadi Sutaryo dan ibunya bernama Berna Deta Suhartina. Dari semasa kecil Ayu tumbuh dengan latar sosial dan agama yang kental. Ia melihat banyak ketidakadilan dan moralitas yang terjadi.
 Keluarganya merupakan keluarga konservatif yang membebaskan anaknya menikah dengan orang yang berbeda agama namun tidak dengan komunis. Ia juga sempat tidak percaya dengan agama pada usia 20-an dengan alasan patriakal, lebih banyak menjurus ke mudarat, antar agama selalu bertikai dan saling memusuhi.Â
Pada saat kuliah ia akhirnya memutuskan untuk menjadi Agnostic (pandangan mengenai ada atau tidaknya Tuhan tidak dapat diketahui). Namun walaupun begitu, ayu meyakini bahwa agama juga membangun peradaban. Menurutnya Agama dapat mengasihi sekaligus membunuh orang.
Wanita berumur 49 tahun ini pernah mendapatkan Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, Belanda yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan berkat novelnya Saman. Ayu Utami menikah dengan Erik Prasetya pada 17 Agustus 2011. Erik merupakan pembuat sampul dari sebagian karya Ayu Utami.
Ayu adalah anak bungsu dari lima bersaudara, Ayu Utami dikenal sebagai penulis yang mampu mendobrak dan memberikan warna baru di dunia kepenulisan sastra Indonesia. Lebih Lanjutnya tentang Ayu Utami bisa diketahui dengan mengikutinya di ayuutami.com atau twitter @BilanganFu.
F. Kesimpulan Resensator