"Mengapa kamu memikirkan lelaki itu? Aku baik-baik saja Sayang," Michelia duduk di depan cermin dan membersihkan wajahnya dengan krim. Dex memandang kagum kecantikan istrinya dari kejauhan. Dia berjalan mendekat dan mengamati wajah mereka berdua di dalam cermin.
"Aku sangat beruntung mendapatkan istri sebaik dirimu," Dex berbisik mesra ke telinga perempuan yang sibuk membersihkan wajahnya dengan kapas. Jemari Michelia terhenti, dia berbalik memandang wajah sang suami.
"Aku sangat senang kita dapat berjumpa lagi setelah peristiwa mengerikan yang menimpamu. Semoga kita selalu bersama sampai maut memisahkan," Michelia meraih tangan Dex yang berjongkok di sampingnya.
"Seringkali aku masih merasakan terombang-ambing di laut kelam, sulit sekali menghilangkan trauma ini," Dex mengusap wajahnya yang terlihat lelah.
"Kamu tidak perlu cemas Sayang, aku selalu ada di sini untukmu," Michelia membenamkan wajah Dex ke dalam pelukannya.
"Terima kasih perhatianmu Sayang," Dex menarik nafas lega dan tersenyum.
*
Dua puluh lima tahun yang lalu. Saat itu Michelia masih remaja yang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas. Mereka berjumpa tanpa sengaja di sebuah kafe di Kota Makassar. Saat itu Dex dan teman-temannya sedang merayakan hari ulang tahun salah seorang kru pesawat. Mata Dex terpaku memandang dua orang gadis cantik yang duduk di dekat jendela. Salah satu gadis itu menarik perhatian Dex karena keindahan lesung pipi yang begitu memukau saat dia tertawa. Sepanjang berlangsungnya acara, mata Dex tidak lepas dari keindahan ciptaan Tuhan tersebut.
"Sedari tadi kuperhatikan kamu memandang terus ke arah dua ekor merpati itu," Sui sahabatnya berbisik pelan ke telinga Dex. Lelaki itu menghela nafas panjang.
"Benar, para merpati itu sangat cantik. Aku suka sekali melihat gadis dengan lesung pipi di wajahnya."
"Kamu jangan bermimpi. Kita hanya sesekali pulang ke rumah, apakah kamu dapat menjamin bahwa merpati itu akan setia menunggu kedatanganmu?"